Ketiga, lanjut Rhenald, adalah keliru mereduksi makna shifting sebagai perpindahan belanja dari dunia riil ke dunia online. Shifting yang paling besar justru terjadi secara horizontal dan cross industry yang membuat pelaku industri sulit melacak.
"Contohnya konsumsi pada barang-barang retail goods, seperti minuman berenergi dan snack jajanan ke perjalanan wisata, hiburan, game online dan asuransi kesehatan," ujarnya.
Keempat, yaitu perbaikan infrastruktur dan orientasi pembangunan dari pendekatan trickle down yang melahirkan pengusaha besar di sektor perkotaan ke pembangunan pedesaan, telah menimbulkan kesempatan baru di desa yang memunculkan dualisme ekonomi antara pembentukan megacities dan start-up pedesaan.
"Dana desa sebesar Rp 180 triliun yang disalurkan selama 3 tahun berturut-turut, disertai dengan pembangunan infrastruktur jalan desa sepanjang 121 ribu kilometer, berpotensi melahirkan shifting dari megacities ke perekonomian desa," katanya.
Dan kelima, menurut Rhenald kemajuan dalam revolusi industri 4.0 yang berjalan begitu cepat, telah melahirkan potensi ancaman baru bagi industri konvensional.
Terdapat sejumlah pembicara yang turut membahas terkait topik yang disuguhkan Rhenald Kasali dalam launching buku terbarunya, yaitu konglomerat Mochtar Riady, mantan Presdir BRI Asmawi Syam dan pelaku shifting dari Bandung Perry Tristianto.
Sejumlah Menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK juga hadir dalam acara tersebut, di antaranya Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri PUPR, Menteri Desa pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Perhubungan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, mantan CEO Pertamina Ari Soemarno, Komisaris Morgan Bank New York Adnan Ganto, CEO Prudential Indonesia Jens Reisch dan tokoh-tokoh perubahan yang dilatih Rumah Perubahan.
(Dani Jumadil Akhir)