Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir di sela-sela National Start-up Summit 2018 di Tangerang, Banten, mengakui kedatangan pemain asing ke pasar Indonesia sulit dicegah.
Melihat kondisi tersebut, yang perlu dilakukan bukan membatasi, melainkan pemain lokal terutama kalangan muda bisa ada di dalam ekosistem tersebut sehingga bisa berkreasi dan berinovasi.
Nasir mengatakan, negara pemenang dalam inovasi bukan negara besar dalam hal jum lah penduduk, melainkan negara yang terus melakukan inovasi.
“Jadi, kita tidak perlu takut dengan asing, tapi pacu diri untuk terus berinovasi,” katanya.
Investasi di perusahaan start-up Indonesia melonjak 68 kali lipat dalam lima tahun men jadi sekitar USD1,4 miliar pada 2016. Alessandro Gazzini dari AT Kearney mengatakan, dengan pertumbuhan pesat maka nilai investasinya kemungkinan melampaui investasi di sektor minyak dan gas yang mencapai USD5 miliar.
Antara Januari dan Agustus 2017, terdapat total 53 kesepakatan investasi, sekitar 43% seed funding, sedangkan 30% infusi series A. Selain itu, investasi di series C juga meningkat sebesar 43% dari total investasi bersih senilai USD3 miliar. Tahun lalu sekitar 95% total investasi di Tanah Air berasal dari China.
Tencent menanamkan modal senilai USD1,2 miliar di Go-Jek, sementara Alibaba Group USD1,1 miliar di Tokopedia. Traveloka juga mendapatkan dana sekitar USD500 juta dalam dua babak. Investor Traveloka berasal dari berbagai negara. Sebut saja Expedia, JD.com, East Ventures, Hill house Capital Group, dan Sequoia.
“Potensi pertumbuhan start-up di Indonesia sungguh luar biasa. Namun, mereka juga memerlukan lebih banyak para insinyur,” ujar Gazzini, dikutip inc42.com.
“Ke depannya, investasi di start-up sangat bergantung pada kepercayadirian investor. Seperti kondisi pasar Indonesia, akan amat menentukan,” tambahnya. (Muh Shamil).
(feb)
(Rani Hardjanti)