Tambang Emas Ilegal di Pedalaman Papua, Suku Korowai 'Dirampas'

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Rabu 15 Agustus 2018 07:43 WIB
Foto: Hasil Emas dari Penambangan Ilegal di Papua (BBC Indonesia/Ones)
Share :

PAPUA - Ratusan orang silih berganti mendulang emas tanpa izin sejak 2017 di sepanjang Sungai Deiram Hitam, kawasan hutan di bagian selatan Papua.

Keuntungan haram ratusan juta rupiah disinyalir telah diangkut keluar dari pedalaman Papua itu, rumah bagi masyarakat suku Korowai yang hidup dalam kemiskinan.

Para pendulang diduga menggunakan air raksa beracun atau merkuri untuk membersihkan emas. Akibatnya, menurut warga lokal, air Sungai Deiram yang dulu bening kini berubah kecoklatan.

Pemprov Papua berjanji menghentikan penambangan emas ilegal itu. Namun hingga akhir pekan lalu belum satu pun penegak hukum datang ke lokasi tambang yang hanya bisa diakses helikopter atau perjalanan kaki selama satu hari dari kampung terdekat, Danowage, di Distrik Yaniruma.

"Kami baru lihat dari atas. Nanti akan ada tim yang akan mendalami," kata juru bicara Polda Papua, Kombes Ahmad Mustafa Kamal.

Ahmad mengatakan hal itu untuk menerangkan hasil peninjauan unsur pimpinan daerah Papua ke wilayah udara Korowai, sehari sebelumnya, antara lain pejabat Gubernur Papua Soedarmo, Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar, dan Pangdam Cendrawasih Mayjen George Supit.

 

Penambang emas menyewa helikopter untuk mengangkut logistik. Menurut kesaksian beberapa orang, terdapat beberapa landasan helikopter di kawasan itu.

Kunjungan tersebut dilakukan setelah Trevor Johnson, pendeta asal Amerika Serikat yang belasan tahun bekerja sosial di Korowai, menulis surat terbuka soal dampak penambangan emas tak berizin tersebut bagi warga lokal.

Soedarmo menyebut pemerintah akan melarang akses helikopter dari seluruh bandara menuju lokasi tambang. Artinya, akses penambang ditutup dan aktivitas jual-beli emas dari kawasan itu berhenti.

Bagaimanapun, pemerintah provinsi dituntut tak sekedar berwacana.

"Janji itu harus segera direalisasikan," kata Ones, penginjil dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang sejak 2008 melayani ibadah dan memfasilitasi kesehatan warga Korowai.

Emas di atas derita

Lokasi tambang ilegal Korowai terletak di antara lima kabupaten: Boven Digoel, Asmat, Mappi, Yahukimo, dan Pegunungan Bintang.

Ones, penginjil yang atas pertimbangan keamanan meminta nama aslinya disembunyikan, adalah satu dari sedikit saksi mata yang berhasil mencapai lokasi tambang ilegal itu.

Tak seperti pendulang yang menyewa helikopter untuk sampai ke penambangan, pertengahan Juli lalu Ones berjalan kaki selama satu hari dari Danowage, menembus hutan hujan tropis Papua.

"Saya jalan satu hari penuh, tidur di jalan, lalu lanjut jalan kaki empat jam sebelum sampai lokasi," tuturnya.

 

Lokasi tambang emas ilegal berada di tengah hutan, tanpa akses jalan kendaraan.

Perjalanan yang ditempuh Ones menggambarkan kesukaran akses menuju tambang ilegal itu, sekaligus keterasingan Suku Korowai. Tidak ada jalur bagi kendaraan darat menuju wilayah tersebut.

Aplikasi Google Map yang berbasis sistem pemosisi global (GPS) misalnya, tidak mampu mengukur jarak Yaniruma dari kota terbesar di Papua, Jayapura.

Akses udara ke lokasi tambang yang tak terdaftar di Dinas Pertambangan Papua itu berawal dari Bandara Oksibil di Pegunungan Bintang, Bandara Nop Goliat di Yahukimo, dan Bandara Tanah Merah di Boven Digoel.

Dari sana, perjalanan udara ditempuh dengan helikopter berharga sewa minimal belasan juta rupiah, lalu turun ke landasan yang dibangun penambang ilegal.

Pesawat perintis yang terbang dari sejumlah bandara besar di Papua juga bisa mendarat di landasan Kampung Danowage yang dibangun Ones, Trevor Johnson, dan sejumlah misionaris lainnya. Namun para pendulang tak menggunakan akses ini.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya