Gubernur BI Blak-blakan Bagaimana Tenangkan Rupiah yang Tembus Rp14.800/USD

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Sabtu 01 September 2018 11:31 WIB
Foto: Gubernur BI Perry Warjiyo (Okezone)
Share :

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tertekan. Setelah menyentuh level Rp14.700-an per USD, kini Rupiah menembus level pelemahan baru sepanjang tahun ini yakni Rp14.800-an per USD.

Mengutip Reuters pada perdagangan Jumat 31 Agustus 2018, Rupiah kini berada di level Rp14.839 per USD. Sedangkan menurut Bloomberg dolar index Rupiah di level Rp14.710 per USD. Sementara itu, dalam kurs Jisdor Bank Indoensia (BI), Rupiah berada di level Rp14.711 per USD.

Lalu bagaimana kata Gubernur BI Perry Warjiyo mengenai anjloknya Rupiah? Berikut pernyataan Perry yang disampaikan Jumat 31 Agustus 2018 seperti dikutip Okezone dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (1/9/2018).

 

Perry menegaskan komitmen BI untuk mengawal secara ketat stabilitas nilai tukar Rupiah. Untuk itu, serangkaian langkah stabilisasi telah ditempuh BI.

Pertama, meningkatkan volume intervensi di pasar valas; kedua, melakukan pembelian SBN di pasar sekunder; ketiga, membuka lelang FX Swap, dengan target lelang pada hari Jumat 31 Agustus 2018 USD400 juta dan; keempat, senantiasa membuka windows swap hedging.

"Selain itu, BI juga senantiasa meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memastikan bahwa stabilitas nilai tukar dan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga," kata Perry.

 

Perry menambahkan, BI meyakini bahwa kondisi perekonomian Indonesia tetap kuat dan berdaya tahan. Beberapa indikator perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi yang tumbuh cukup baik, dan inflasi yang rendah serta terjaga.

Berdasarkan pemantauan harga sampai dengan minggu V Agustus 2018, IHK diperkirakan -0,06% (mtm), atau secara year to date mengalami inflasi sebesar 2,12% (ytd), dan secara tahunan 3,19% (yoy).

"Kondisi stabilitas sistem keuangan juga terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh intermediasi yang kuat," jelasnya.

Namun demikian, BI juga senantiasa mewaspadai berbagai risiko yang mungkin timbul di tengah ketidakpastian global sebagaimana yang terjadi pada Turki dan Argentina.

 

Dengan dukungan kebijakan baik moneter, stabilitas sistem keuangan maupun fiskal yang berhati-hati (prudent), serta komitmen Pemerintah yang kuat khususnya dalam mengurangi defisit transaksi berjalan, Bank Indonesia meyakini ketahanan ekonomi Indonesia.

Bank Indonesia memperkirakan hingga akhir tahun defisit transaksi berjalan dapat mengarah pada 2,5% dari PDB pada tahun 2018, dan 2% dari PDB pada tahun 2019, khususnya didukung oleh beberapa kebijakan Pemerintah antara lain melalui kebijakan B20 yang diperkirakan dapat menurunkan defisit hingga USD2,2 miliar, penguatan sektor pariwisata, penundaan beberapa proyek Pemerintah, dan peningkatan ekspor sekitar USD9 sampai dengan USD10 miliar pada tahun depan.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya