Kendati demikian, dirinya sangat memahami tingkat keparahan krisis yang terjadi saat itu bahkan menyebutnya sebagai 'ekonomi Pearl Harbor'. Pertanyaannya, kenapa saat itu dia berani membeli saham yang begitu cepat jatuh harganya?
"Aturan sederhana yang menentukan pembelian saya adalah takut ketika orang lain serakah dan serakah ketika yang lain merasa takut," ujarnya.
Menurut dia, nilai jangka panjang dari bisnis AS yang inovatif akan terus tumbuh meskipun terjangkit keterpurukan jangka pendek dari krisis saat itu. Dia memperingatkan agar tidak berinvestasi dalam entitas yang sangat berpengaruh atau bisnis di posisi persaingan yang lemah, tetapi melihat pada penurunan ini justru memberikan kesempatan untuk membeli saham perusahaan yang kuat dengan harga rendah.