CIREBON- Cuaca di wilayah Cirebon, Jawa Barat yang tidak menentu, membuat petani garam di Kabupaten Cirebon menjadi khawatir. Dalam proses pembuatan garam sendiri memerlukan panas matahari. Sedangkan akhir-akhir ini kondisi cuaca tidak menentu.
Carmin, salah satu petani garam mengungkapkan, sudah dua hari terakhir langit mendung menggelayuti wilayah Cirebon, Jawa Barat. Lahan garapannya pun sempat diguyur air hujan dengan intensitas ringan.
“Jika kondisi seperti ini produksinya akan terhambat. Kalau biasanya lima hari sampai seminggu, kali ini molor karena cuacanya yang tidak menentu. " ujar Carmin, Jumat (21/9/2018).
Hujan yang sempat melanda kawasan Cirebon, membuat butiran garam terkontaminasi oleh debu dan lumpur yang terbawa hujan. Akibatnya kualitas garam menjadi turun, karena warnanya yang kotor.
“Kami khawatir ini pertanda musim pancaroba atau musim peralihan, Padahal saat ini kita sedang full produksi untuk disimpan dan dijual saat harganya naik di musim penghujan,” katanya.
Carmin juga menjelaskan untuk musim garap tahun ini dimulai secara umum setelah Idul Fitri kemarin. Sehingga membuat para petani baru bisa menikmati panen garam, selama kurang lebih 4 hingga 5 bulan. Itu pun belum bisa meraup keuntungan secara maksimal.
“Kita sebulan paling banyak panen itu hingga 5 kali. Jika sudah lima bulan berarti sekitar 25 kali panen. Umumnya per kotak atau per lahan garapan itu hasilnya bisa 10 sampai 15 karung, dengan berat bisa sampai 50 sampai 60 kg. harga garam saat ini masih stabil, di angka Rp700 sampai Rp800,” uangkapnya
(Feb)
(Rani Hardjanti)