Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai, Indonesia akan terus menjadi pasar penerbangan yang besar di wilayah Asia Pasifik. Kondisi tersebut, ujar dia, memungkinkan Bandara Soetta bisa lebih besar dari sisi konektivitas dibanding negara-negara lain di Asia.
“Saya lihat pengembangan dari berbagai sisi terus dilakukan AP II. Meski begitu, penambahan konektivitas rute-rute penerbangan baru sepenuhnya tergantung dari sejauh mana maskapai tertarik untuk membuka rute baru atau rute-rute yang lebih luas melalui bandara ini,” ujar dia.
Menurutnya, untuk menjadi yang terbaik, penyedia infrastruktur tidak bisa bekerja sendiri. Perlu dilihat bagaimana ketertarikan maskapai menggunakan fasilitas yang tersedia.
“Nah maskapai juga akan tertarik jika pariwisata atau perekonomian suatu daerah itu sudah mumpuni,” ucapnya.
AP II, kata Alvin, juga harus meyakinkan kalangan maskapai bahwa Bandara Soekarno- Hatta yang dikelolanya memiliki fasilitas yang memadai dari sisi infrastruktur dan update peralatan kenavigasian. Di sisi lain, peran pemerintah dalam hal ini regulator penerbangan udara melalui Direktorat Udara Kemenhub juga harus memberikan kemudahan dalam hal perizinan.
“Kalau dari sisi Angkasa Pura II, saya kira mereka sudah menyiapkan infrastruktur dengan penambahan landasan pacu baru. Tinggal bagaimana sinergi para pemangku kepentingan terkait mendukung itu. Saya kira Indonesia masih dianggap pasar penerbangan yang besar. Sebab, selama ini Soekarno-Hatta juga masih paling besar koneksi ada di domestik,” pungkasnya.
Terus Dikembangkan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan sebelumnya menyatakan siap mengawal pembangunan yang dilakukan di kawasan Bandara Soetta, termasuk pengembangan Terminal 4 yang akan dimulai pada 2020. Pengembangan fasilitas tersebut untuk mengantisipasi kenaikan jumlah penumpang yang diperkirakan mencapai 100 juta orang pada 2025.
Sekadar diketahui, saat ini rancangan terminal baru ini sedang dikerjakan. Pemerintah memastikan Terminal 4 nantinya berlokasi di bekas lapangan golf Suwarna yang berada dalam kawasan bandara. Kepastian tersebut disampaikan saat Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan pada Juni lalu.
Saat ini AP 2 tengah mengerjakan dua proyek pengembangan Bandara Soetta, yakni pembangunan landasan pacu (runway ) ke-3 sepanjang 3.000 meter dan east cross serta parallel taxi way sepanjang 3.160 meter. Pembangunan landasan pacu baru tersebut sudah dimulai pada Maret 2018.
Di samping itu, AP 2 juga sedang menyiapkan pembangunan bandara baru Soekarno-Hatta II seluas 2.000 ha dengan nilai investasi mencapai Rp100 triliun. Bandara baru tersebut nantinya akan berada sekitar 15-20 km dari Bandara Soetta eksisting.
Menurut Awaluddin, ide pembangunan Bandara Soekarno-Hatta II setelah mempertimbangkan besarnya pergerakan domestik masyarakat memanfaatkan jalur udara yang kian meningkat dari tahun ke tahun.
Selain itu, kapasitas Bandara Soetta eksisting saat ini dalam lima tahun ke depan akan tembus di angka 100 juta penumpang. Pembangunan runway ketiga dan terminal 4 bandara Soetta, kata Awaluddin, hanya akan menutup backlog yang mencapai pergerakan 30 juta penumpang, sedangkan jumlah penumpang akan terus bertambah di ibukota Jakarta.
“Maka lahirlah ide membangun Bandara Soekarno- Hatta yang lain. Ini disampaikan Ibu Menteri BUMN. Kami sudah menyelesaikan prastudi kelayakan,” ungkapnya.
Adapun terkait lokasinya, Awaluddin menjelaskan bahwa kemungkinan ada tiga titik lokasi yang diajukan berada di atas laut.
“Yang kita ajukan di tiga titik itu ada reklamasi dan kombinasi keduanya,” ujar dia. Terkait pendanaannya, bisa dipilih beberapa alternatif di antaranya kombinasi pembiayaan internal, maupun dengan kemitraan bersama pihak lain.
(Ichsan Amin)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)