IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5,1% di 2018

Yohana Artha Uly, Jurnalis
Selasa 09 Oktober 2018 17:10 WIB
Ilustrasi: Shutterstock
Share :

NUSA DUA - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 jadi sebesar 5,1%. Sebelumnya pada awal tahun diproyeksi sebesar 5,3%.

Dalam laporannya yang berjudul World Economic Outlook (WEO) Oktober 2018, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 dan 2019 hanya akan sebesar 5,1%. Proyeksi tersebut lebih rendah dari target pemerintah yang ditetapkan dalam APBN 2018 sebesar 5,4% dan 2019 sebesar 5,2%.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Sulit Tanpa Manufaktur

Kepala Ekonom IMF Maurice Obstfeld menjelaskan, proyeksi tersebut dipicu sentimen ekonomi global yang terus mempengaruhi perekonomian domestik. Beberapa kali kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) berdampak pada negara-negara emerging market.

Indonesia sendiri mengalami pelemahan nilai tukar Rupiah karena kebijakan pengetatan moneter AS tersebut. Selain itu, kondisi harga minyak mentah global tinggi dan perang dagang antara AS dan China yang terus bergulir turut menjadi faktor penurunan pertumbuhan ekonomi.

"Meski kami menurunkan proyeksi, karena kebijakan pengetatan suku bunga AS, harga minyak dan perang dagang AS-China tapi kami lihat pertumbuhannya masih cukup kuat," terangnya dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).

Menurutnya, ada peluang untuk pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini didorong dengan pertumbuhan penduduk dan bonus demografi.

Baca Juga: Menteri Bambang Yakin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,2%

"Indonesia akan mendapat penerimaan pajak yang banyak, juga dengan investasi di pendidikan, infrastruktur, sosial akan menguntungkan banyak orang. Kami ingin Indonesia melihat hal itu, untuk menaikkan human capital," jelas dia.

Maurice menyatakan, Indonesia memang membutuhkan pembangunan infrastruktur untuk mendorong perekonomian. Maka langkah pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur sudah tepat, terlebih bila dapat melibatkan pendanaan dari investor asing.

"Indonesia bisa lebih diuntungkan dari foreign direct investment (investasi langsung asing) yang lebih banyak sehingga bisa memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur. Indonesia sangat aktif dengan berkurangnya regulasi dan batasan berusaha," jelas dia.

Selain itu, IMF juga memproyeksikan defisit transaksi berjalan Indonesia 2,4% terhadap PDB di 2018 dan 2019. Juga inflasi akan berada di kisaran 3,4% di 2018 dan 3,8% di 2019.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya