Gejolak Ekonomi Global, Sri Mulyani Waspadai Pertumbuhan Ekonomi

Yohana Artha Uly, Jurnalis
Rabu 17 Oktober 2018 13:09 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Yohana/Okezone
Share :

JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meliris data realisasi APBN 2018 hingga posisi 30 September 2018. Di mana terdapat beberapa realisasi yang semakin menjauh dari asumsi makro APBN 2018.

Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5,1% di 2018

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, realisasi APBN masih dipengaruhi ekonomi global yang membuat gejolak dari sisi pertumbuhan ekonomi global, normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS), perang dagang, hingga ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi sampai akhir September 2018 tercatat 5,17% di mana target 5,4% hingga akhir tahun. Dengan gejolak ekonomi dunia, kata Sri Mulyani, pemerintah akan terus mewaspadai pertumbuhan ekonomi ke depannya.

 

"Dari sisi pertumbuhan ekonomi 5,17%, sisi kontribusi rumah tangga masih kuat di 5%. Indonesia melihat momentum pertumbuhan ekonomi akan jadi sesuatu yang harus terus diwaspadai," ujar dia dalam konferensi pers di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Rabu (17/10/2018).

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS juga kian melesat dari asumsi. Hingga 30 September 2018 mencapai rata-rata Rp14.119 per USD, melampaui dari asumsi yang sebesar Rp13.400 per USD.

Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Begini Respons Sri Mulyani

"Karena awal tahun kita masih cukup rendah. Dan oleh karena itu sampai dengan September meski terjadi depresiasi atau penguatan Dolar AS ini secara rata-rata Rp14.119 per USD," kata dia.

Kemudian, harga minyak mentah Indonesia (ICP) mencapai USD68 per barel, padahal dalam asumsi makro sebesar USD48 per barel. Dari sisi lifting minyak 774 ribu barel per hari, lebi rendah dari asumsi yang sebesar 800 barel per hari.

 

Kemudian lifting gas sebanyak 1.148 barel setara minyak per hari, di mana dalam asumsi sebesar 1.200 barel setara minyak per hari. "Ini lebih rendah dari APBN. Kita tetap harus hati-hati karena produksi kita tertahan, dan kebutuhan migas dalam negeri meningkat," jelas dia.

Adapun laju inflasi hingga akhir September 2018 mencapai 2,9% secara year on year (yoy). Angka inflasi terjaga berada di bawah target sebesar 3,5% yoy.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya