JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir meminta tahun depan ada jalur khusus bagi diaspora yang akan mendaftar sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS).
Hal itu diperlukan karena pada penerimaan CPNS tahun ini, syarat pendaftaran untuk diaspora justru disamakan dengan jalur CPNS umum. Terutama terkait batas usia. Nasir pun menyesalkan persyaratan batasan umur maksimal 35 tahun bagi diaspora. Sebab, menurut Nasir, mayoritas diaspora yang saat ini berkiprah di luar negeri sudah berumur di atas 35 tahun. Karena itu dia meminta tahun depan ada jalur atau seleksi khusus bagi diaspora. “Bukan kecewa. (Tapi) sangat kecewa. Saya akan minta ke Menpan untuk nanti ada seleksi khusus untuk diaspora,” tandas Nasir di Jakarta.
Baca Juga: Ingin Jadi PNS, Kaum Milenial Ingin Senangkan Hati Orangtua
Mantan Rektor Undip ini mengatakan, jika syarat batas umur diaspora itu tidak diubah, sampai kapan pun diaspora tidak bisa mendaftar sebagai CPNS. Sebab, selain sudah berumur di atas 35 tahun, banyak di antara diaspora itu pun sudah menjadi associate professor, bahkan peneliti di kampus atau lembaga penelitian di luar negeri. Dia menyesalkan, keinginan Kemenristek Dikti untuk menarik diaspora kembali ke dalam negeri malah tidak sinkron dengan peraturan pendaftaran CPNS yang ada. Dia juga mengkritisi syarat untuk formasi dosen bagi profesi dokter di fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri yang harus memiliki ijazah S2.
Menurut dia, seorang mahasiswa kedokteran harus terlebih dulu menempuh kuliah kedokteran selama 4 tahun. Setelah itu dia pun hanya baru menerima surat keterangan menjadi dokter. Selanjutnya mereka harus menjadi koas atau dokter muda selama dua tahun dan internship selama satu tahun agar bisa mendapat surat izin praktik.
Baca Juga: 3,6 Juta Orang Daftar CPNS 2018, 355.733 Orang Tidak Lolos
“Untuk menjadi dokter, dia butuh 7 tahun. Kalau dia (harus mengambil) S2, berarti 9 tahun (baru bisa mendaftar CPNS). Akhirnya ngapain saya melamar jadi dosen jika begini syaratnya. Lebih baik cari kerja lain,” katanya. Nasir berharap, tahun depan ada perubahan persyaratan formasi dokter untuk dosen kedokteran yakni cukup hanya sampai berstatus pendidikan dokter atau sampai internship dan mereka boleh melamar menjadi dosen CPNS.
Nanti setelah dua tahun para dosen ini menjadi pegawai negeri, kata guru besar akuntansi Undip itu, baru diwajibkan untuk mengambil kuliah S2. Sementara itu ilmuwan diaspora Indonesia yang saat ini menjadi asisten profesor di Chemical and Environtmental Engineering Faculty of Enginering University of Nottingham, Inggris, Bagus Putra Muljadi menyambut positif tawaran yang disampaikan Pemerintah Indonesia tentang kepulangan diaspora ke Tanah Air.
Baca Juga: Paling Banyak, Kemenkumham Diserbu 487 Ribu Pelamar CPNS 2018
Meski tertarik, Bagus mengaku belum berniat untuk pulang dan berkarya di Indonesia dalam waktu dekat. “Pulang pasti ada jika waktunya tiba. Karena seperti lirik lagu Indonesia Pusaka, Indonesia itu akan menjadi tempat berlindung dan tempat akhir menutup mata,” ujarnya.
Secara umum, Bagus berpendapat bahwa keputusan untuk pulang dan berkarya di Tanah Air itu sangat tergantung pada tiap individu diaspora. Namun bagi Bagus, yang terbaik untuk dirinya saat ini adalah tetap berada di Inggris dan menjadi agen knowledge exchange bagi Indonesia. Salah satu program kerja sama yang dilakukannya saat ini ialah program beasiswa International Doctoral Training Partnership dengan University of Nottingham. Bagus akan mencari lima mahasiswa atau dosen terbaik dari perguruan tinggi di Indonesia untuk ditawari mengambil Ph.D (doctor of philosophy) di University of Nottingham.
Baca Juga: BKN Sesalkan Banyaknya Tenaga Honorer Tak Daftar CPNS
“Dengan adanya saya di Inggris, hal tersebut memungkinkan. Menjadi pembuka jalan bagi mahasiswa terbaik Indonesia untuk belajar di Inggris, setelah itu mahasiswa itu bisa pulang lagi ke Indonesia dan mengaplikasikan ilmunya,” ungkap Bagus. Setidaknya, dalam kurun waktu 3-4 tahun, akan ada 5 mahasiswa yang bisa mengambil S-3 di Inggris. Menurut Bagus, program beasiswa yang baru dirintisnya tersebut merupakan salah satu cara baginya untuk berkontribusi bagi Indonesia.
(Neneng Zubaidah)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)