NEW YORK - Kurs dolar AS balik menguat terhadap mata uang utama lainnya di akhir perdagangan Selasa waktu setempat. Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya volatilitas atas potensi Brexit menyeret turun euro dan sterling.
Melansir Xinhua, Rabu (21/11/2018), perusahaan-perusahaan Inggris telah dilaporkan mulai menggambar rencana dalam kesepakatan Uni Eropa-Inggris, bila Brexit gagal dicapai. Pasalnya, Perdana Menteri Theresa May masih berusaha keras untuk mendukung parlemen untuk rancangan kesepakatan Brexit yang disepakati dengan Brussels pekan lalu.
Gubernur Bank of England Mark Carney telah memperingatkan bahwa Brexit dapat menenggelamkan ekonomi ke dalam resesi yang tidak terlihat sejak 1730.
Baca Juga: Dolar AS Melemah Akibatnya Turunnya Indeks Pembangunan Rumah
Di dalam negeri, komentar-komentar bearish dari pejabat Federal Reserve AS pada ekonomi global memunculkan tuntutan-tuntutan mata uang safe-haven termasuk dolar, yen dan franc Swiss.
Sementara itu, Wakil Ketua Fed Richard Clarida dan Presiden Fed Dallas Robert Kaplan menyuarakan kekhawatiran atas potensi perlambatan global. Hal ini menyebabkan spekulasi atas kenaikan suku bunga Fed keempat yang sebagian besar diharapkan investor pada bulan Desember.
Baca Juga: Dolar AS Melemah Dipicu Sikap Pejabat Fed
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,1367 dari USD1,1454 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi USD1,2784 dari USD1,2855 di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi USD0,7218 dari USD0,7289 dolar.
Dolar AS membeli 112,72 yen Jepang, lebih tinggi dari 112,54 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9949 franc Swiss dari 0,9936 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3314 dolar Kanada dari 1,3179 dolar Kanada.
(Feby Novalius)