"Perang dagang ini dikhawatirkan makin memperlambat ekonomi dunia, respons dari bank sentral China yang melakukan depresiasi kurs yuan, sehingga hal ini yang membuat depresiasi kurs emerging market," tuturnya.
Dia menuturkan, pelemahan kurs dalam tiga hari terakhir, terus satu lagi adalah terjadinya penjualan saham di pasar global. Di mana saham itu bergerak berdasarkan ekspektasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan terhadap pertumbuhan laba.
"Angka-angka dari Amerika Serikat menunjukkan terjadi perlambatan perekonomian, artinya akan terjadi perlambatan pertumbuhan laba perusahaan. Dan pasar saham bereaksi akhirnya penjualan saham bereaksi. Itu yang menular ke negara emerging market termasuk Indonesia, jadi memang ada outflow di pasar saham," ungkapnya.
Baca Juga: Pengusaha Yakin Rupiah Berada di Level Rp13.800 pada 2019