Namun setelah itu, IHSG akan terkoreksi lagi bila gejolak eksternal tidak kunjung mereda. “Kalau China maupun Amerika tidak berubah sikap, kondisi seperti ini diperkirakan akan berlanjut. Artinya, siklus IHSG hanya kuat pada semester awal, lalu khawatir lagi setelahnya,” katanya. Dirinya memperkirakan IHSG akan cenderung bergerak konsolidatif di level tidak jauh berbeda dibandingkan dengan posisi penutupan akhir tahun ini. Menurutnya, hingga akhir tahun ini IHSG diperkirakan tetap bergerak di rentang 5.750-5.950, karena selama ini lebih sering mendekati batas bawah. Tahun depan, pasar akan dibayangi sentimen global baru yang mungkin ditimbulkan oleh Presiden Trump dan kelanjutan kebijakan normalisasi moneter The Fed.
Artinya, rupiah masih akan tetap dalam bayang-bayang volatilitas dan arus modal keluar masih berpotensi berlanjut. “Tetapi yang menarik tahun depan ini, politik bisa dijadikan ajang spekulasi, terutama terkait masa kampanye para calon presiden dan wakil presiden, khususnya untuk saham-saham individual yang terkait dengan tokoh-tokoh yang terlibat, seperti saham Sandiga Uno atau Erick Tohir,” katanya. Meski demikian, secara sektoral, Reza masih merekomendasikan saham-saham berkapitalisasi besar dari sektor tambang, perbankan, dan konsumer. Bila kondisi perang dagang mereda, pasar komoditas global akan semakin membaik dan meningkatkan kinerja emiten tambang batu bara dan logam.
Baca Juga: Belajar Strategi Investasi Saham, Fundamental vs Teknikal
“Pasar komoditas yang membaik akan menggairahkan kembali ekonomi dalam negeri dan mendorong sektor keuangan dan konsumsi,” katanya. Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia(BEI) Inarno Djajadi menjelaskan, target perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada 2019, khususnya di tengah kondisi pemilu presiden, dipastikan bahwa target BEI tetap sama seperti tahun ini, yakni 35 emiten. “Sebetulnya target kita tahun ini 35 perusahaan juga, tapi sekarang sudah mencapai 53 perusahaan dan dalam pipeline juga masih ada. Tahun depan target juga tetap 35 perusahaan. Walaupun ada pilpres, kita tetap optimistis. Tapi harapannya agar bisa di atas itu juga,” ujarnya.
BEI melalui program IDX Inkubator tengah menyasar perusahaan rintisan bervaluasi kecil hingga menengah atau startup agar bisa ikut melantai di bursa. Inarno menjelaskan, para pelaku usaha menengah dan kecil itu saat ini tengah dimasukkan ke IDX Inkubator. Hal ini dilakukan sebelum para UKM bisa memenuhi sejumlah persyaratan yang sudah dipermudah BEI untuk melakukan penawaran umum perdana saham. “Kita sedang menggarap untuk usaha kecil menengah karena persyaratannya jauh lebih ringan dari papan utama,” kata Inarno.
(Heru Febrianto)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)