Penjualan Rumah Tapak Bakal Naik di Tahun Politik

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 09 Januari 2019 10:30 WIB
Foto Rumah: Ilustrasi Shutterstock
Share :

Anggota Apersi menargetkan membangun rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau rumah subsidi tahun 2019 sekitar 150.000 unit. Jumlah itu meningkat 15,3% dari target yang ditetapkan asosiasi pada 2018, yakni 130.000 unit. Dengan jumlah anggota asosiasi 2.700 orang, target itu disebut bisa tercapai.

“Sebetulnya selama ini serapan rumah MBR rendah bukan karena masalahnya pada pengembang, melainkan pada perizinan, pembiayaan, dan pertanahan. Kalau permasalahan dari pemangku kebijakan itu bisa diatasi realisasinya, bisa lebih dari itu,” kata Junaidi.

Sementara itu, Managing Director President Office Sinarmas Land Dhony Rahajoe mengatakan, optimistis bahwa bisnis properti untuk pembangunan landed house akan berjalan positif lantaran masih tingginya angka kebutuhan rumah yang beluk terpenuhi atau backlog.

Terutama kebutuhan rumah bagi segmen menengah ke bawah. “Namanya penjualan rumah tetap akan optimistis karena tanah akan tetap dibutuhkan. Jadi, kami tetap yakin, 2019 baik untuk investasi properti,” ujarnya. Menurut dia, sinyal kenaikan properti tersebut sudah terlihat sejak akhir tahun lalu.

Walaupun kenaikannya dirasakan belum terlalu signifikan. “Khusus perumahan, apalagi kalau lihat year on year semester pertama dari KPR yang disalurkan BTN itu di atas angka rata-rata dihitung OJK (Otoritas Jasa Keuangan), yaitu 19 persen,” ungkap Dhony.

Diketahui, BTN mencatat pertumbuhan kredit sebesar 19,28% menjadi Rp220,07 triliun pada kuartal III/2018. Angka tersebut meningkat dari penyaluran kredit BTN pada kuartal III/2017 sebesar Rp184,5 triliun.

Pertumbuhan itu didorong kenaikan KPR Subsidi yang disalurkan melalui kucuran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). “Jadi, kita melihat ada tren naik. Apalagi yang milenial ini sudah mulai ada kebutuhan dan banyak relaksasi yang diberikan pemerintah,” kata Dhony.

Alih-alih memberikan pengaruh signifikan, menurut Dhony, kondisi perekonomian global justru lebih berpengaruh daripada kondisi politik dalam negeri. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS dipastikan bisa memberikan pengaruh besar terhadap industri properti di Tanah Air.

“Kalau suku bunga naik, maka bunga konsumsi juga naik. Jadi, sangat besar pengaruhnya. Optimistis kita berharap pemerintah bisa menjaga stabilitas bunga di Indonesia sehingga bisa terjangkau,” katanya.

(Rendra Hanggara)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya