Perry menambahkan, sepanjang 2018 Rupiah mengalami depresiasi sebesar 6,05% atau 5,65% dibandingkan tahun lalu (poin to poin). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang lainnya seperti Rupee, Afrika Selatan, Brazil hingga Turki.
"Kami lihat nilai tukar akan bergerak stabil dan cenderung menguat dipengaruhi masuknya aliran modal asing," ucapnya.
Menurut Perry, saat ini jika diperhatikan kondisi likuiditas valuta asing (valas) dan Rupiah dalam keadaan cukup. Sementara operasi moneter yang dilakukan rupiah sudah bisa dilakukan dengan term repo dan domestic non deliverable forward (DNDF).
"Rendahnya bunga fed dan turunnya CAF dan berkembangnya mekanisme valas," ujarnya.
(Dani Jumadil Akhir)