Ketika pekerja baru semakin banyak dan teknologi berkembang pesat, membuat bisnis berada di bawah tekanan lebih tinggi untuk memperoleh pekerja terampil yang diperlukan untuk mendukung perkembangan. Seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), otomasi, dan teknologi blockchain.
Lalu, dapatkah teknologi memperkecil kesenjangan keterampilan?
Laporan Grant Thornton itu menyebutkan, ironisnya, teknologi adalah penyebab, setidaknya menjadi bagian dari solusi untuk kesenjangan keterampilan. Seiring kenaikan kebutuhan terhadap tenaga terampil, investasi dalam inovasi dan solusi bisnis baru juga meningkat.
Teknologi dapat mengatasi dampak kekurangan tenaga terampil di sebagian besar sektor bisnis, termasuk keuangan, akuntansi, pemasaran, manufaktur, dan logistik. Manfaat lainnya, karyawan yang ada jadi memiliki lebih banyak kesempatan untuk menambah nilai mereka di area yang tidak dapat dilakukan mesin, otomatisasi, dan teknologi.
Dengan integrasi teknologi dan kecerdasan buatan, pebisnis dapat memprediksi inventaris optimal untuk masing-masing produk mereka. Mereka mengotomatiskan pengambilan keputusan pemasok yang akan dipakai untuk produk apa saja, dan berapa banyak yang perlu dibeli. Otomatisasi ini mengurangi beban kerja tim, sehingga dapat fokus pada tugas-tugas lain yang lebih rumit, seperti mencari produk baru. Kecerdasan buatan juga membantu dunia usaha mengatasi kesenjangan keterampilan melalui otomatisasi pengambilan keputusan dan membantu interaksi manusia dengan mesin dalam operasi sehari-hari.