Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, defisit pada Januari 2019 menjadi yang terbesar disebabkan adanya gejolak perekonomian global yang berlangsung hingga tahun ini. Hal itu memberikan dampak negatif bagi perdagangan internasional, termasuk perdagangan Indonesia dengan negara-negara mitra dagang utamanya.
"Jadi lebih karena harga komoditas yang enggak pasti. Dan ini semua kalau kita lihat, dari prediksi sampai Desember 2019 akan cenderung menurun (harga komoditas)," katanya ditemui di Gedung Pusat BPS, Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Kondisi ini juga, yang menyebabkan selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 2014, neraca perdagangan pada Januari trennya mengalami defisit. Terlebih komposisi ekspor Indonesia masih belum berubah, yakni didominasi barang-barang komoditas yang sangat sensitif terhadap perkembangan harga global.