Menurut Suwandi, kuncinya peningkatan ekspor manggis ini yakni ada pada peningkatan mutu produk hortikultura dan perluasan pasar hingga ekspor dapat ditingkatkan. Sebanyak 24% dari total produksi manggis Indonesia sudah diekspor, sentranya terdapat di Jawa Barat, Sumatera Barat, Jawa Timur dan lainnya.
“Ini dilakukan dengan cara pembinaan kebun kebun, meningkatkan kualitas manggis, pengendalian OPT serta penanganan pasca panen dan packaging yang memenuhi standar,” terang Suwandi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Purwakarta, Agus R Suherlan mengatakan Kabupaten Purwakarta memiliki topografi yang bervariasi dengan lima kecamatan sentra sayuran dan buah-buahan yakni Wanayasa, Pondok Salam, Kiara Pedes, Bojong dan Darandang.
"Di Purwakarta sudah ada beberapa eksportir, ini yang akan memberikan kemudahan bagi petani. Contohnya manggis, bulan Februari akan panen sekitar 50 ribu ton,” kata Agus.
Luas lahan manggis di Purwakarta mencapai 1.400 hektar yang tersebar di lima kecamatan tersebut. Harga saat ini semakin bagus seiring dengan adanya dua eksportir peserta dua unit packaging house di dua kecamatan Darandang dan Purwakarta.
“Bila dulu harganya maksimal Rp12 ribu per kg, tapi sekarang untuk diekspor Rp28 ribu per kilogram,” ungkap Agus.
Perlu diketahui, manggis yang ekspor ini merupakan hasil budidaya dari petani milenial. Satu petani milenial yang sukses hingga ekspor yakni Dede Mulyana. Dia merupakan petani dari Kelompok Tani Tirta Surya Pertiwi, Desa Pasirangin, Kecamatan Darangdan, Purwakarta. Kemudian Wawan Juhyar dari Kelompok Tani Wargi Mukti, Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa.
Dede Mulyana mengatakan Temu Teknis Penyuluh Pertanian dan Petani Andalan diharapkan menginspirasi petani dan santri tani milenial untuk meningkatkan daya saing dan keberhasilan sumber daya manusia pertanian.
“Semangat saya petani semakin membara sekarang sudah bisa kerjasama dengan perusahan untuk ekspor. Alhamdulilah,” ucapnya.
(Dani Jumadil Akhir)