JAKARTA – Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah kota di dunia telah melakukan berbagai inovasi teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup penghuninya.
Tak hanya menerapkan konsep smartcity, juga sudah mengarah ke ecocity. Kawasan hunian berkonsep transit oriented development (TOD) sejatinya membuat mobilisasi penghuni makin mudah karena terintegrasi dengan transportasi massal. Namun yang selalu jadi pertanyaan, apakah pengembang sudah tepat dalam mengimplementasikannya atau sekadar marketing gimmick untuk menarik konsumen. Konsep hunian berbasis TOD adalah pengembangan properti yang terintegrasi dengan jaringan transportasi publik, seperti kereta commuter line ataupun light rail transit (LRT).
Baca Juga: Tarif LRT Jakarta Diperkirakan Berkisar Rp5.000 -Rp10.800
Hal itu tak terlepas dari maraknya pembangunan infrastruktur dan sistem transportasi massal, terutama di DKI Jakarta hingga ke wilayah penyangganya, yang semakin memudahkan mobilisasi masyarakat. Dari cetak biru pengembangan LRT, untuk koridor Jakarta-Bogor saat ini baru sampai Ciabubur. Jadi, kawasan TOD yang dikembangkan di sekitar Cimanggis, Sentul, hingga Bogor, belum masuk dalam kriteria TOD. Meskipun sejumlah pengembang di koridor itu mengklaim sebagai hunian TOD, sejatinya pengembangan LRT masih belum mencapai kawasan tersebut. Di koridor ini rencana pengembangan LRT tak lagi laying, tapi on grid atau di atas tanah langsung.
Diperkirakan kelanjutan jalur LRT berada di sisi tol dari arah Jakarta. Hal ini tentu akan menyulitkan kawasan-kawasan yang dikembangkan di seberangnya untuk mengakses LRT. Kawasan TOD merupakan area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik, yang kini mulai banyak diadopsi pengembang. Tujuannya, sistem terpadu ini diharapkan mampu mengubah kehidupan masyarakat yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi, beralih naik transportasi umum. Namun yang masih menjadi pertanyaan, koneksi transportasi di kawasan TOD apakah sudah diterapkan dengan baik?
Ketua Kompartemen Perencana Muda Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP), Meyriana Kesuma mengutarakan, memang saat ini belum ada informasi yang lengkap dan menyeluruh bagaimana pengembang menerapkan konsep TOD. Hal itu, kata dia, karena hingga kini belum ada kawasan hunian TOD yang sudah rampung, semua masih dalam tahap pembangunan. Menurut Meyriana, konsep TOD merupakan integrated land use seperti perumahan dan komersial dengan transportasi massal. Yang terjadi sekarang, konektivitas dengan angkutan umum sepertinya masih dipertanyakan. “Kalau dari gambar rencana pembangunan atau masterplan memang sebagian besar masih mengandalkan kedekatan jarak dengan transportasi publik, bukan ketersambungan,” ujarnya ketika dihubungi KORAN SINDO .