SENTANI - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau lokasi banjir bandang di Sentani, Papua, hari ini. Banjir bandang kali ini menjadi yang terparah dampaknya pada Sentani.
Basuki mengatakan, kejadian banjir bandang di Jayapura memang terjadi setiap 5 atau 6 tahun sekali. Hanya saja, banjir bandang tahun ini sangat besar sehingga tidak tertampung di aliran sungai seperti di Dobokurung, Doyo Baru, Kemiri dan Sungai Bello.
"Tidak terlalu besar seperti ini dan masih ada di dalam chanel atau sungai Dobokurung. Jadi debit airnya masih ada di dalam chanelnya. Tapi tahun ini debitnya begitu besar sehingga meluap," ujar Basuki, di Kawasan Doyo Baru, Sungai Dobokurung, Sentani, Papua, Senin (1/4/2019).
Baca Juga: Antisipasi Turunnya Tanah, Bekasi Terapkan Drainase Vertikal
Berdasarkan informasi yang diterima dari Balai Wilayah Sungai Papua, meluapnya aliran sungai ke pemukiman warga karena terjadi perubahan landscape.
Basuki menerangkan, di pemukiman warga yang sekarang menjadi perumahan, sebelumnya terdapat bukit Cycloops yang memanjang sampai ke hilir. Keberadaan bukit ini menahan aliran sungai ketika meluap.
"Nah, pada saat dibangun perumahan ini, menurut informasi bukit ini diratakan. Jadi begitu ada banjir yang besar dia meluap. Itu pengamatan sekilas dari kami Kementerian PU, ada Pak Dirjen SDA, Direktur Sungai," ujarnya.
Sementara itu, Okezone mendapat kesempatan langsung melihat langsung daerah terkena banjir bandang Sentani. Terlihat memang banjir bandang ini sangat besar, selain membawa air, banjir juga berisi pasir, pohon hingga batu yang ukurannya sangat besar.
Pepohonan dan batu itu banyak yang menimpa rumah warga dan menjadi hancur. Banjir ini datang dari hulu atau dari pegunungan Cycloops, kemudian turun ke arah rumah warga, jalan dan lainnya.
Korban jiwa banjir bandang tercatat 112 orang meninggal dunia, di mana 105 orang di Kabupaten Jayapura dan 7 orang di Kota Jayapura. Dari 112 orang meninggal dunia, 77 jenazah telah berhasil diidentifikasi oleh tim Inafis Polri sedangkan 35 jenazah belum berhasil diidentifikasi.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)