JAKARTA - Revolusi industri 4.0 yang terjadi di dunia termasuk Indonesia memberi dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi. Saat ini transaksi industri digital di Indonesia sudah USD27 miliar dan ditargetkan menembus USD100 miliar pada 2025.
Industri digital memang menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi Indonesia, tapi kini memiliki masalah yang cukup memprihatinkan. Indonesia justru kekurangan talenta terbaik di bidang ini.
Indonesia boleh saja menjadi pengguna internet yang besar di dunia. Namun, sangat disayangkan ternyata tidak diikuti peningkatan jumlah profesional di sektor industri digital.
Hal ini dapat menjadi ancaman ekonomi digital Indonesia. Dengan demikian, dibutuhkan calon-calon talenta baru dari para generasi muda.
Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menyatakan, kebutuhan tenaga kerja di bidang teknologi informasi (TI) di industri digital ratusan ribu. Sementara yang sudah terpenuhi baru 60-70%, sisanya perusahaan digital besar ataupun yang baru merintis masih mencari tenaga TI.
Baca Juga: ShopBack Dapat Suntikan Modal Rp643,5 Miliar
“Revolusi 4.0 ini membuat banyak disrupsi yang terjadi di banyak pekerjaan. Kami ingin mengenalkan kepada generasi milenial apa saja pekerjaan di masa depan yang tidak rentan karena sudah sesuai memenuhi kebutuhan pada era revolusi 4.0,” kata Untung di Jakarta akhir pekan ini.
Untung juga mengingatkan agar generasi muda segera mengembangkan diri sesuai kebutuhan masa kini yang condong pada sektor digital. Profesi seperti data analyst , SEO specialist , social media manager , product manager , database administrator , behavior scientist merupakan sejumlah pekerjaan pada industri digital sudah seharusnya mulai dilirik.
Pemerintah pun sepakat jika pekerjaan di industri digital harus terus dikenalkan kepada generasi muda untuk pilihan pekerjaan di masa depan. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kemenko Bidang Perekonomian, Mira Tayyiba mengapresiasi langkah mengedukasi masyarakat banyak potensi pekerjaan di industri digital.
Mira menjelaskan, pada 2019 pemerintah menerapkan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas utama. Tidak lagi seperti dulu yang bergantung pada sumber daya alam. Harga komoditas di global yang fluktuatif dan terus terjadi perang dagang sering berdampak bagi perekonomian Indonesia.
Baca Juga: Peta Jalan E-Commerce Bakal Dorong Pertumbuhan Ekonomi
“Jumlah masyarakat produktif di Indonesia sampai 2065 berkisar 68% dari total masyarakat sehingga SDM paling berpotensi menjadi sumber pertumbuhan baru. Ke depannya ide, kreativitas, inovasi yang akan ditumbuhkan,” ujarnya.
Tantangan pemerintah kini menjamin SDM terutama mereka yang pekerjaannya terotomasi akibat revolusi 4.0. Bagi pekerja yang tidak kehilangan pekerjaan, mereka akan terus dikembangkan kapasitas agar relevan dengan masa depan.