Pertama, para pemasar radikal mempunyai ikatan-ikatan yang sangat erat dengan target market tertentu dengan tujuan untuk menciptakan sebuah komunitas pelanggan dan mengetahui apa- apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.
Nabi Muhammad SAW berkata, “Siapa yang ingin rezekinya dilapangkan Allah atau ingin usianya dipanjangkan, maka hendaklah dia menyambungkan silaturahmi.” (HR. Muslim, dari Anas bin Malik Ra.).
Ikatan yang menjadi dasar pergerakan para pemasar radikal telah dikemukakan dan sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terlebih lagi penggunaan istilah silaturahmi (menyambungkan tali kasih sayang di dunia dan di akhirat) tidak hanya mencakup keadaan saat bertransaksi atau dalam ruang lingkup bisnis dan usaha, tetapi juga sampai pada hubungan pertemanan, persaudaraan dan bertetangga.
Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh bahwa sebuah hubungan yang baik antar sesama manusia tidak hanya dapat memberikan keuntungan dalam hal berdagang, tetapi juga memberikan ketenangan dalam hati. Niat baik menjadi aset nomor satu bagi para pengusaha dan hal ini tidak akan dapat diwujudkan tanpa adanya hubungan yang baik antara pedagang dengan konsumennya.
Kedua, pemasar radikal cenderung mengarahkan fokus pada pertumbuhan dan ekspansi daripada upaya pengambilan keuntungan. Mereka menggunakan data pasar dengan sangat hati-hati dan melakukan tinjauan kembali pada teori bauran pemasaran.
Dalam berdagang, Nabi Muhammad SAW tidak hanya fokus di kota Makkah saja tetapi melakukan ekspor sampai ke negeri Syam seperti Palestina, Syria, Libanon dan Yordania. Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk selalu bermurah hati, menjauhi sumpah yang berlebihan untuk mempromosikan, tidak menyaingi harga jual orang lain (perang harga) dan tidak memotong jalur distribusi.
Nabi Muhammad SAW tidak hanya menggunakan data untuk memikirkan bagaimana caranya meningkatkan pertumbuhan perusahaan yang pada akhirnya akan menaikkan omzet perdagangan. Tetapi dia menggunakan kebiasaan orang-orang untuk menciptakan batasan-batasan perilaku yang akan mendukung pada praktik perdagangan.
Nabi Muhammad SAW lebih condong memerhatikan individu yang akan menggunakan data daripada hanya memerhatikan data tersebut. Pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW tidak hanya melakukan sebuah marketing yang berbeda tapi dia pun mampu meletakkan tahapan-tahapan yang dia lalui sebagai bentuk pemasaran yang lebih baik dan menggeser sistem pemasaran konvensional yang berlaku pada saat itu.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)