JAKARTA - Di saat emiten industri telekomunikasi tengah ekspansif di layanan 4G dan memperluas jaringan layanan data, sebaliknya PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) masih berkutat pada persoalan performance kinerja keuangan yang terus merugi. Perseroan mencatat rugi neto yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp720,57 miliar hingga periode 31 Desember 2018 turun dari rugi Rp1,49 triliun di periode sama tahun sebelumnya.
Dilansir dari Harian Neraca, Selasa (11/6/2019), dalam laporan keuangan yang dirilis, pendapatan usaha neto perseroan tercatat Rp3,81 miliar naik dari Rp3,50 miliar dan beban usaha turun menjadi Rp40,86 miliar dari beban usaha Rp860,12 miliar tahun sebelumnya. Rugi usaha turun menjadi Rp37,05 miliar dari rugi usaha Rp856,62 miliar tahun sebelumnya dan beban lain-lain tercatat Rp690,93 miliar turun dari beban lain-lain Rp748,62 miliar dan rugi sebelum beban pajak penghasilan turun menjadi Rp727,98 miliar dari rugi sebelum pajak penghasilan tahun sebelumnya yang Rp1,60 triliun.
Baca Juga: Restrukturisasi Utang, Bakrie Telecom Tawarkan Obligasi Wajib Konversi
Kemudian jumlah aset perseroan mencapai Rp713,50 miliar hingga periode 31 Desember 2018 turun dari jumlah aset Rp718,02 miliar hingga periode 31 Desember 2017. Di tahun 2017 lalu, rugi BTEL sebesar Rp540,11 miliar. Kerugian ini turun 8,12% ketimbang priode yang sama tahu lalu Rp587,88 miliar. Padahal, pendapatan usaha BTEL melonjak 23,73% menjadi Rp4,40 miliar dari sebelumnya Rp3,36 miliar.
Sebagai informasi, saat ini perseroan tengah fokus menghilangkan beban utangnya baik dalam bentuk dolar ataupun rupiah. Perusahaan sesumbar menargetkan bisa merampungkan restrukturisasi utang di kuartal pertama tahun 2018. Saat ini, BTEL tengah fokus mendistribusikan obligasi wajib konversi (OWK) kepada para krediturnya. Sebab, belum semua kreditur yang berada di bawah Bakrie Telecom Pte Ltd, selaku penerbit obligasi yang berbasis di Singapura, menerima OWK.