Utang dari China Harus Transparan, jika Tidak Terima Akibatnya di Masa Datang

, Jurnalis
Rabu 12 Juni 2019 16:53 WIB
Foto: Reuters
Share :

SINGAPURA - Pinjaman yang diberikan China kepada negara lain kerap diselubungi kerahasiaan, diperkirakan nilainya lebih tinggi daripada nilai resmi yang tercatat. Meningkatnya utang tersembunyi tersebut dinilai dapat memicu pelambatan yang lebih buruk dari perkiraan, di antara masalah-masalah lainnya.

Kurang transparannya utang tersebut juga dapat memengaruhi investor yang mempertimbangkan untuk membeli surat utang yang diterbitkan oleh negara-negara penerima utang tersebut. Hal itu diungkapkan Carmen Reinhart, profesor dari Kennedy School of Government di Harvard University dalam Nomura Investment Forum di Singapura akhir bulan lalu.

"Munculnya China sebagai kreditor global juga berarti semakin banyak utang tersembunyi, yaitu dari negara-negara yang beutang ke China, tapi pinjaman tersebut tak dilaporkan oleh IMF atau Bank Dunia," tuturnya sepert dikutip dari CNBC, Rabu (12/6/2019).

Baca Juga: Buntut Kasus Huawei, China Hentikan Impor dari Kanada

Menurut dia, ada tendensi untuk menilai negara-negara itu memiliki tingkat utang yang lebih rendah daripada yang sebenarnya. Hal itu, imbuh dia, akan menyulitkan pekerjaan IMF atau Bank Dunia dalam melakukan analisis keberlanjutan utang. Hal itu meliputi analisis beban utang suatu negara dan mengeluarkan rekomendasi untuk strategi peminjaman yang membatasi risiko utang.

"Dari sudut pandang pengamatan, hal ini berarti bahwa saat IMF melakukan analisis keberlanjutan utang misalnya untuk Pakistan, kecuali jika IMF benar-benar tahu berapa utang Pakistan ke China, sama saja mereka melakukan analisis dengan mata tertutup," ujar Reinhart.

Bagi investors, keterbatasan informasi tersebut menyebabkan mereka meremehkan risiko saat menanamkan uangnya di negara tersebut. Reinhart mengatakan, sejak 2011 banyak utang demikian yang dilakukan negara-negara seperti Sri Lanka, Ukraina, Venezuela, Ekuador, Bangladesh dan Kuba. Reinhart mengestimasi, statistik utang resmi yang dicatat oleh IMF atau Bank Dunia hanya menangkap sekitar separuh dari utang China pada negara-negara lain.

Baca Juga: Menpar: Tak Ada Satupun Negara yang Mengalahkan China di Manufaktur

Di bagian lain, China juga bukan anggota Paris Club, yaitu grup negara-negara kreditor yang bertujuan memperbaiki masalah utang yang dialami negara-negara lain. China, kata dia, juga tak menunjukkan minat untuk bergabung dengan Paris Club. Utang-utang tersembunyi China pada negara-negara tersebut, berdasarkan laporan, kerap disertai jaminan berupa aset publik.

Salah satu contoh dari pinjaman yang tidak jelas itu adalah pinjaman China untuk Venezuela yang didenominasi dalam barel minyak. Hal itu dikatakan David Malpass, Presiden Bank Dunia saat ini, yang dulu menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan AS untuk Urusan Internasional.

"Ini memiliki efek menutupi jumlah persis utang yang diberikan China kepada pejabat Venezuela dan berapa Venezuela diharapkan untuk membayarnya ke China di masa depan," katanya. Tak hanya itu, kata dia, persyaratannya pun kerap tidak jelas.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya