Perang Dagang Pangkas Pertumbuhan Ekonomi 1%

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 19 Juni 2019 10:17 WIB
Ilustrasi: Foto Shutterstock
Share :

JAKARTA – ASEAN+3 Macroeconomy Research Office (AMRO) menyatakan, ketegangan perdagangan dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi kawasan sebanyak 40 bps.

Bahkan dalam jangka pendek, dampak negatif terhadap pertumbuhan di beberapa negara kawasan secara absolut berpotensi lebih besar mencapai 100 bps (1%).

Kepala Ekonom ASEAN+3 Macroeconomy Research Office (AMRO) Hoe Ee Khor mengatakan, di situasi ekstrem ini, Amerika Serikat (AS) dan China diasumsikan akan mengenakan tarif sebesar 25% untuk semua impor antara kedua negara.

“AS dan China akan sama-sama dirugikan, terlebih jika tambahan kebijakan nontarif juga diterapkan,” ujar Khor di Jakarta kemarin.

 Baca Juga: Perang Dagang AS-China Bikin Investasi Asing Masuk ke RI

Menurut Khor, dampak absolut perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi AS selama 2019-2020 relatif lebih rendah yang diperkirakan terpangkas 30 bps dibandingkan terhadap China yang pertumbuhan ekonominya bisa melorot 60 bps.

Namun, dampak relatif terhadap AS akan jauh lebih besar yakni sekitar 13% terhadap pertumbuhan ratarata 2019-2020 dibandingkan terhadap China yang masih di bawah 10%.

Sementara untuk Indonesia, lanjut dia, diyakini tidak terpengaruh secara signifikan dam pak perang dagang. Hal tersebut dikarenakan industri di Indonesia belum terlibat sepenuhnya dalam rantai pasok global manufaktur khususnya sektor elektronik.

Dia pun memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,1% untuk 2019 dan 2020. Namun, otoritas di kawasan harus terus waspada, mengingat risiko menjadi semakin nyata. Khor menuturkan, beberapa negara kawasan telah menerapkan langkah-langkah kebijakan yang bersifat pre-emptive atau front loaded yang telah membantu meredakan kekhawatiran pasar.

 Baca Juga: Jokowi ke Kadin dan Hipmi: Manfaatkan Perang Dagang

Bahkan, di beberapa negara kebijakan moneter telah diperketat untuk menjaga stabilitas eksternal dan inflasi domestik serta membendung akumulasi risiko yang meng ancam stabilitas keuangan aki bat periode suku bunga rendah yang berkepanjangan.

“Langkah-langkah lain seperti penangguhan proyek infrastruktur yang membutuhkan banyak bahan baku impor juga telah dilakukan untuk mengurangi tekanan pada transaksi berjalan,” terang dia.

Di sisi fiskal, anggaran pemerintah yang sehat mendukung kebijakan fiskal untuk memainkan peran counter cyclical yang meski terbatas, tetap penting.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya