CHICAGO - Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange menetap sedikit di atas USD1.400 per ounce untuk pertama kalinya sejak 2013 pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve (Fed) dan bank-bank sentral lainnya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus naik USD3,2 atau 0,23% menjadi ditutup pada USD1.400,1 per ounce. Demikian seperti dikutip Antaranews, Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
Baca Juga: Harga Emas Jadi Mahal Pasca-The Fed Tahan Suku Bunga
Sehari sebelumnya, harga emas berjangka melonjak 3,57% atau USD48,1 menjadi ditutup pada USD1.396,9 per ounce. Ini merupakan tingkat tertinggi sejak September 2013, sebagian besar karena keputusan The Fed mempertahankan suku bunga acuannya.
The Fed mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah dalam pernyataannya pada Rabu 18 Juni 2019. Namun, para pejabat juga mengatakan bahwa selama enam minggu terakhir, ketidakpastian telah meningkat tentang prospek dan mereka bergeser dari sikap "sabar" sebelumnya.
Logam mulia juga didorong oleh greenback yang lebih lemah. Indeks dolar AS, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,37% menjadi 96,27 pada pukul 17.30 GMT, sesaat menjelang penyelesaian perdagangan emas.
Baca Juga: Cetak Rekor, Harga Emas Antam Naik Rp8.000 Jadi Rp702.000/Gram
Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS melemah maka emas berjangka akan naik, karena emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.
Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 20,2 sen atau 1,3% menjadi menetap di USD15,29 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik USD5,4 atau 0,67% menjadi ditutup pada USD811 per ounce.
(Dani Jumadil Akhir)