“Kemudian waktu pengerjaan perbaikan mesin itu selama 6 bulan jadi modal di awalnya besar. Jadi belanjanya juga harus dari awal. Uang untuk membelanjakan harus siap sedia,” ujarnya.
Sebagai informasi, perseroan tahun ini menargetkan laba bersih USD500 juta. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama GMF, Tazar Marta Kurniawan mengatakan, target ini akan ditopang oleh bisnis perawatan mesin.
Baca Juga: GMF Bagikan Dividen USD6,1 Juta
"Portofolio bisnis GMF padatahun 2015, porsi pendapatan paling besar berasal dari line maintenance 31%, kemudian component 28%, danairframe 24%. Tapi sekarang yang paling tumbuh revenue-nya adalah perawatan mesin sebesar 29%," ujarnya.
Tazar melanjutkan, dalam sekali perawatan mesin pesawat, GMF akan memperoleh pendapatan sebesar USD5 juta hingga USD6 juta. Disampaikannya, bisnis perawatan mesin ini sebagai dominant opportunity bagi GMF. Apalagi, perseroan mempunyai rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) sebagai top maintenance, repair, dan overhaul (MRO) dan ditandai dengan revenue(pendapatan perusahaan) sebesar USD1 miliar yang akan dicapai tahun 2021.
Baca Juga: Pendapatan Operasional GMF Capai USD470 Juta pada 2018
Selain itu, Tazar juga menambahkan, perseroan tengah melakukan ekspansi di beberapa wilayah seperti kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, Indo-China dan Asia Timur, serta Australia.Di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, ekspansi bisnis tersebut akan berupa kerja sama dengan MRO lokal yang direncanakan beroperasi pada 2020.
(Rani Hardjanti)