Restrukturisasi Krakatau Steel Berujung PHK Massal? Ini Pengakuan Silmy Karim

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 03 Juli 2019 08:37 WIB
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
Share :

JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KS) akan melakukan sejumlah langkah untuk memperbaiki kinerja perseroan. Salah satunya dengan merestrukturisasi perusahaan agar lebih berdaya saing di masa mendatang.

Namun, rencana tersebut mendapat penolakan dari pekerja yang beranggapan restrukturisasi identik dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Imbasnya, para pekerja merasa resah dan melakukan unjuk rasa.

Badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bisnis pengolahan baja ini sebenarnya cukup strategis. Berkembangnya infrastruktur dan industri manufaktur seharusnya menjadi peluang industri baja lebih berkembang.

 Baca Juga: Bos Krakatau Steel Ajak Anak Usaha Sama-Sama Selamatkan Bisnis Baja

Namun, langkah untuk memperbaiki kinerja KS memerlukan upaya ekstra. Strategi yang diambil perseroan harus komprehensif, melibatkan semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah melalui Kementerian BUMN.

Upaya restrukturisasi perusahaan yang berkantor pusat di Cilegon, Banten, itu diungkapkan oleh Direktur Utama KS Silmy Karim. Ada tiga fokus restrukturisasi yang akan dilakukan, yakni restrukturisasi utang, restrukturisasi bisnis, dan restrukturisasi organisasi.

“Ini tujuannya agar Krakatau Steel lebih efisien dan berdaya saing di tengah persaingan industri baja global yang sangat kompetitif,” ujar Silmy dalam keterangan resminya kemarin.

 Baca Juga: Ramai Soal Krakatau Steel PHK Massal, Sebenarnya Ada Apa Sih?

Dia menambahkan, langkah-langkah yang dilakukan perseroan adalah penjualan aset-aset noncore, perampingan organisasi, mencari mitra bisnis strategis, spin-off, serta pelepasan unit kerja yang semula bersifat cost center yang hanya melayani induk perusahaan, menjadi bagian dari pengembangan bisnis anak perusahaan sehingga bersifat profit center.

“Program ini disebut juga cost to profit center,” ujar Silmy. Dalam laporan keuangan perseroan yang diterbitkan beberapa waktu lalu, disebutkan bahwa sepanjang 2018 emiten berkode KRAS itu mencatatkan kerugian USD74,82 juta atau sekitar Rp1,05 triliun (kurs Rp14.140 per dolar AS).

Angka ini lebih baik dibandingkan kinerja perseroan pada 2017 yang mencatatkan rugi USD81,74 juta. Kini telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir akibat besarnya beban perusahaan. Pada laporan keuangan kuartal I/2019, Krakatau Steel juga mencatatkan rugi periode berjalan sebesar USD62,32 juta atau sekitar Rp881 miliar.

 Baca Juga: Tak Ingin Bangkrut, Krakatau Steel Lakukan Restrukturisasi

Kerugian ini meningkat dibanding periode sama tahun lalu, yang hanya US4,86 juta atau sekitar Rp68,7 miliar. Menurut Silmy, dalam menjalankan perampingan organisasi, perseroan melibatkan anak-anak usaha KS Group.

Program ini diyakini akan membuat unit-unit kerja di internal Krakatau Steel akan lebih optimal sehingga mampu menjalankan bisnis secara efisien dan lebih produktif. Adapun anak perusahaan yang mendapat tambahan karyawan dari KS akan dapat mengembangkan bisnisnya untuk mendapatkan pasar dan pendapatan baru dari luar KS Group.

“Saya mengajak seluruh anak usaha KS untuk bersama-sama menyelamatkan bisnis baja KS karena untuk menyelesaikan masalah tersebut perlu mengedepankan semangat gotong-royong dan kebersamaan semua pihak,” ujarnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya