Lebih lanjut Dino menjelaskan perbedaan renminbi dengan dolar AS. Menurut dia, dolar AS memiliki floating yang lebih bebas dan lebih terbuka.
"Sekarang renminbi sudah mulai floating tapi masih terkontrol oleh China, dan belum ada open capital account, sementara kalau dolar Amerika Serikat ada, tapi yang jelas pengaruh renminbi sekarang semakin besar," ujar dia.
Misalnya, Dino memberi contoh nilai euro sudah terpengaruh pada pertukaran dolar AS dengan renminbi. Saat pertukaran dolar AS dengan renminbi naik, euro naik. Begitu pun sebaliknya, saat pertukaran dolar AS dengan renminbi turun, euro juga turun.
"Jadi kami melihat memang lambat laun akan terjadi internasionalisasi renminbi yang semakin besar," ujar Dino.
Meski begitu, Dino tidak melihat dalam jangka pendek dolar AS akan tergantikan dengan renminbi, karena sebagian besar perdagangan internasional masih menggunakan dolar AS.
Namun, menurut dia, pemerintah China akan semakin menggunakan renminbi dan akan mendorong penggunaan mata uang tersebut dalam perdagangan dengan negara-negara mitra dagang mereka.
"Ke depan kita perlu antisipasi penggunaan yang lebih besar, kita lihat semakin banyak perbankan Tiongkok yang ada di Indonesia sekarang. Dan, kalau misalnya Indonesia lebih aktif bekerjasama, tentu akan lebih banyak proyek-proyek yang akan menggunakan renminbi," kata dia.