JAKARTA - Seorang pekerja tentu mempunyai hak cuti. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya agar si karyawan bisa melepaskan rutinitas kantor atau memiliki waktu untuk mengurusi kebutuhan pribadi.
Masing-masing pekerja mempunyai kesepakatan dengan perusahannya dalam mengambil cuti, mengacu kepada peraturan Negara.
Baca Juga: Ternyata, Cuti Kerja di Singapura Paling Sedikit di Dunia
Dalam studi yang diterbitkan perusahaan teknologi, Kisi, terdapat 40 peringkat kota/negara berdasarkan keseimbangan kehidupan kerja keseluruhan dengan memperhitungkan tiga kategori berbeda, yaitu: intensitas kerja, masyarakat dan lembaga kota, dan tingkat kehidupan kota.
Cuti yang dibayar adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam intensitas kerja, antara lain seperti jumlah jam kerja dalam seminggu.
Lalu siapa di peringkat pertama? Berikut selengkapnya seperti dilansir Business Insider, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Baca Juga: Anda Perlu Cuti Kerja Bila Alami 7 Tanda Ini
Dalam studi yang diterbitkan perusahaan teknologi, Kisi, Jepang menjadi negara dengan cuti terendah. Pekerja di Jepang hanya mengambil cuti 9,8 hari dalam setahun.
Kemudian diikuti Amerika Serikat (AS), yang para pekerjanya mengambil rata-rata cuti 10,2 yang dibayarkan setiap tahun. Malaysia dan Australia masing-masing dengan 12,3 hari dan 13,9 hari cuti dibayar.
Sementara itu, rata-rata pekerja di Singapura hanya mengambil 14 hari cuti yang dibayar selama setahun. Ini menjadikan Singapura menjadi negara kelima terendah dalam cuti bekerja. Demikian menurut indeks kehidupan kerja yang diterbitkan.
Warga Singapura dapat bekerja 48 jam seminggu
Penelitian mengungkapkan bahwa selain lebih sedikit istirahat, Singapura juga merupakan kota dengan jumlah orang yang paling banyak bekerja selama lebih dari 48 jam dalam seminggu.
Menurut Kisi, orang-orang di Singapura bekerja rata-rata 44,6 jam dalam seminggu, dengan 23% bekerja lebih dari 48 jam dan Kuala Lumpur mengikutinya dari belakang, dengan 22% orang bekerja lebih dari 48 jam seminggu. Pekerja di Kuala Lumpur juga bekerja lebih lama dari rekan-rekan mereka di Singapura, dengan rata-rata 46 jam seminggu.
Singapura memiliki peringkat yang buruk dalam keseimbangan kehidupan kerja
Singapura berada di peringkat ke-32 dalam daftar Kisi untuk keseimbangan kehidupan kerja secara keseluruhan, yang dipuncaki oleh Helsinki, Munich, dan Oslo. Namun, Singapura tidak sendirian di kawasan ini. Kota-kota peringkat Kisi di Asia relatif rendah, dengan Hong Kong, Tokyo dan Kuala Lumpur peringkat di bawah Singapura di 35, 39 dan 40 tempat masing-masing.
Kisi juga memperingatkan bahwa hasil penelitian ini tidak boleh digunakan sebagai indeks livability kota, dan laporan itu tidak dimaksudkan untuk menyoroti kota terbaik untuk bekerja.
Namun sebaliknya, perusahaan yang mengatakan indeksnya dirancang untuk menjadi pedoman bagi kota-kota untuk mengukur kemampuan mereka untuk mendukung pemenuhan kehidupan penduduk dengan meningkatkan aspek kehidupan yang membantu menghilangkan stres dan intensitas yang terkait dengan pekerjaan.
(Dani Jumadil Akhir)