Demo Hong Kong, Harta Li Ka-shing dan 9 Miliarder Lainnya Hilang Rp214 Triliun

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Senin 19 Agustus 2019 16:37 WIB
Foto: Li Kha-sing (Reuters)
Share :

JAKARTA - Para miliader menjadi 'korban' aksi protes di Hong Kong yang sudah terjadi selama sekitar 10 minggu. Aksi protes ini mengganggu aktivitas perekonomian, jadwal penerbangan di bandara hingga menyebabkan volatilitas di pasar saham.

Anjloknya pasar saham Hong Kong membuat nilai kekayaan 10 orang terkaya Hong Kong kehilangan lebih dari USD15 miliar atau setara Rp214,5 triliun (kurs Rp14.300 per USD). Demikian menurut Financial Times seperti dilansir Business Insider, Jakarta, Senin (19/8/2019).

 Baca Juga: Mengerikan, Hong Kong Dibayangi Rush Money

Salah satunya yang menjadi 'korban' protes Hong Kong adalah Li Ka-Shing. Li Ka-Shing yang dijuluki Superman dan mendapat gelar orang terkaya di Hong Kong harus rela kekayaannya turun USD3 miliar.

Menurut Forbes, kini miliarder berusia 90 tahun itu sekarang memiliki kekayaan bersih USD27 miliar. Li yang lahir di China tetapi pindah ke Hong Kong pada tahun 1940 untuk melarikan diri dari invasi Jepang. Di Hong Kong, dia memulai kariernya sebagai pekerja pabrik.

Dia memupuk kekayaannya sebagai pengembang real-estate dan investor besar dalam operator pelabuhan dan operator telepon seluler CK Hutchison Holdings.

Semakin tak terkendalinya aksi protes di Hong Kong membuat Li Ka-Shing memasang iklan di koran-koran lokal.

 Baca Juga: Karyawan Ikut Protes Hong Kong, Bos Cathay Pacific Mengundurkan Diri

The South China Morning Post melaporkan, Li bahkan mengeluarkan iklan di koran-koran lokal Hong Kong yang menyerukan diakhirinya protes pada 15 Agustus 2019 lalu.

Iklan tersebut berisi pesan, "Hentikan kemarahan dan kekerasan atas nama cinta,". Iklan ini ditandatangani "seorang warga Hong Kong, Li Ka-shing".

Sementara itu, miliarder lainnya Peter Woo mengalami penurunan kekayaan lebih dari USD1 miliar. Menurut Bloomberg, kekayaan Woo mencapai USD11 miliar dan Woo adalah orang terkaya kedelapan di Hong Kong.

Peter Woo juga menyerukan penghentian aksi demonstrasi. "Sudah waktunya untuk berpikir secara mendalam. Melawan RUU ekstradisi adalah 'pohon besar' dari gerakan ini. Seruan besar satu-satunya ini telah diterima oleh pemerintah, jadi pohon ini tumbang,” ujarnya.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya