"Memang kemudian kita telusuri. Satu hal yang memang membuat mereka berat itu perizinan. Kalau misalnya masalah wilayah, tenaga kerja dan sebagainya itu kan sesuatu yang bisa diukur. Itu bisa di tempatkan ke dalam perhitungan mereka, visibility mereka. Tapi yang tak bisa diukur adalah perizinan, selesainya kapan, pembebasan lahan," jelasnya.
Destry menambahkan, saat ini memang secara keseluruhan aliran dana asing yang masuk masih mencapai Rp170 triliun, namun dari jumlah tersebt kebanyakan masuk ke pasar saham dan obligasi. Sementara ekonomi RI saat ini lebih butuh investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) memang
"Akan lebih bagus jika ini diimbangi masuknya FDI yang lebih besar," kata Destry.
(Feby Novalius)