JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ingin para pengusaha muda di Indonesia naik kelas menjadi konglomerat. Karena Hipmi menilai, saat konglomerat Indonesia ini tak banyak berubah dan diisi oleh segelintir orang.
Ketua Umum HIPMI Bahlil Lahdahilia mengatakan, hingga saat ini nama nama konglomerat di Indonesia masih diisi nama-nama lama. Bahkan nama-nama lama ini sudah terjadi sejak tahun 1998 pada saat krisis moneter.
Baca juga: 'Kode' Keras Ketua Hipmi Ingin Jadi Menteri, Jokowi: Saya Nangkap
"Bahwa dalam reformasi 1998 memiliki di urusan politik, tetapi konglomeratnya masih belum ganti dan itu-itu saja. Kami mohon, teman-teman muda ingin naik kelas,” ujarnya dalam acara Munas HIPMI di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (16/9/2019).
Menurut Bahlil, keinginan para pengusaha muda ini bukan untuk memusuhi konglomerat yang ada. Justru sebaliknya para pengusaha muda ini ingin bisa membantu pemerintah untuk naik kelas menjadi konglomerat.
Baca juga: Di Depan Jokowi, Hipmi Tak Minta Jatah Menteri tapi...
“Kami tidak bermaksud konglomerat tidak kita musuhi, yang kuat tetap kuat tapi yang bawah bisa jadi kuat," ucapnya
Meski begitu, Bahli merasa jumlah pengusaha masih sangat sedikit dibandingkan negara tetangga lainnya. Sehingga, harus ada virus dari para konglomerat untuk menumbuhkan pengusaha baru.
"Jumlah pengusaha nasional sekarang sudah mencapai 3,1% dari jumlah penduduk. Ini kita lakukan Hipmi go to school, kampus, pesantren. Tapi kita tidak boleh berbangga diri, Karena kita tetap terlau jauh negara-negara Asia Tenggara, Filipina 4%, Singapura 7%, Malaysia 5 persen, Thailand 5,6%. Kita masih sangat jauh di bawah, dan oleh karena itu kita harus melanjutkan untuk menyebarkan virus entrepreneurship," ujar dia.