Defisit Perdagangan, Pengusaha Khawatir Ada Penurunan Daya Beli

Yohana Artha Uly, Jurnalis
Selasa 15 Oktober 2019 17:38 WIB
Grafik Ekonomi (Ilustrasi: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Kalangan pengusaha menilai kondisi defisit neraca perdagangan pada September 2019 perlu menjadi perhatian pemerintah. Lantaran, kondisi tersebut mengindikasikan daya beli masyarakat dan produksi industri mengalami penurunan, seiring turunnya perdagangan global.

Badan Pusat Statistik (BPS) memang mencatat pada September 2019, terjadi defisit sebesar USD160,5 juta, setelah pada bulan sebelumnya mengalami surplus USD112,4 juta.

 Baca juga: Sektor Automotif Lesu karena Perlambatan Ekonomi Global

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani menyatakan, lesunya laju ekspor impor menunjukkan daya beli yang menurun. Padahal penopang ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga.

"Kalau impor turun secara keseluruhan, apalagi pada impor bahan bakunya, berarti memang ada pelambatan di pertumbuhan ekonomi dan yang kami khawatirkan adalah turunnya daya beli," ujarnya ditemui di Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (15/10/2019).

Dia menyatakan, pelemahan daya beli masyarakat tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang belum optimal. Sehingga yang menikmati pertumbuhan ekonomi adalah masyarakat kelas menengah ke atas, sedangkan kelas menengah ke bawah dalam kondisi tertekan.

"Tertekan dalam artian lapangan kerja menyempit, karena juga terjadi efisiensi di perusahaan," katanya.

Menurut Hariyadi, untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah perlu mendorong penciptaan lapangan kerja di sektor formal. Sehingga bisa mendorong produktivitas dan ekonomi masyarakat, terlebih Indonesia tengah mengalami bonus demografi yakni jumlah penduduk produktif lebih mendominasi.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya