JAKARTA - Hong Kong jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam satu dasawarsa pada kuartal III-2019, terbebani oleh protes anti-pemerintah yang semakin keras. Selain itu, perang dagang AS-China yang berkepanjangan juga jadi penyebab utamanya.
Protes yang berlangsung selama lima bulan telah menghancurkan sektor ritel dan pariwisata kota yang dikuasai China itu dan belum ada tanda-tanda demonstrasi akan mereda. Polisi memperketat keamanan pada hari Kamis karena bentrokan yang lebih parah sangat berpotensi terjadi.
Baca Juga: Resesi Ekonomi 2020 Diprediksi Paling Parah Dibanding 1998
Ekonomi Hong Kong menyusut 3,2% pada Juli-September dari periode sebelumnya, berkontraksi untuk kuartal kedua berturut-turut dan memenuhi definisi teknis dari resesi.
Dari tahun sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 2,9%. Angka tersebut adalah yang terlemah untuk pusat keuangan Asia sejak krisis keuangan global pada 2008/2009.
Baca Juga: Hong Kong Memasuki Resesi Imbas Unjuk Rasa yang Belum Juga Berakhir
Pemerintah juga merevisi turun data PDB kuartal kedua untuk menunjukkan pertumbuhan 0,4% tahun ke tahun, dari perkiraan awal 0,6% dan kemudian 0,5%. Kuartal demi kuartal setelah direvisi turun menjadi -0,5%, dibandingkan perkiraan awal -0,3% dan selanjutnya -0,4%.
"Permintaan domestik memburuk secara signifikan," ujar pemerintah Hong Kong, demikian dilansir dari CNBC, Jumat (1/11/2019).
"Ketika kondisi ekonomi yang melemah melemahkan sentimen konsumen dan demonstrasi skala besar menyebabkan gangguan besar pada sektor ritel, katering dan lainnya yang terkait dengan konsumen, pengeluaran konsumsi swasta mencatat penurunan dari tahun ke tahun untuk pertama kalinya dalam lebih dari 10 tahun," lanjutnya.