JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD3,2 miliar sepanjang 2019. Realisasi ini membaik dibandingkan sepanjang 2018 yang mengalami defisit sebesar USD8,6 miliar.
Defisit tersebut terdiri dari laju impor sepanjang 2019 yang sebesar USD170,72 miliar, sedangkan laju ekspor lebih lambat yakni sebesar USD167,52 miliar.
Baca Juga: Neraca Dagang Indonesia Defisit USD3,2 Miliar Sepanjang 2019
Dari laporan BPS tentang neraca perdagangan RI sepanjang 2019, ada sejumlah fakta menarik yang patut untuk disimak. Berikut fakta-fakta menarik tentang defisit neraca perdagangan yang diranngkum oleh Okezone, Jakarta, Kamis (16/1/2020):
1. Kontribusi Terbesar Impor dari Sektor Migas
Penyebab defisit masih berasal dari migas. Sektor ini menyumbang kinerja defisit sebesar USD9,34 miliar sepanjang 2019. Memang lebih kecil dibandingakan tahun sebelumnya yang jumlahnya mencapai USD12,69 miliar.
Baca Juga: Defisit Neraca Dagang Sektor Migas Tembus USD971,3 Juta pada Desember 2019
Defisit migas ini terdiri dari minyak mentah yang mengalami defisit sebesar USD4 miliar di tahun lalu, begitu pula dengan hasil minyak yang defisit USD11,73 miliar. Sedangkan untuk gas tercatat mengalami surplus sebesar USD6,39 miliar.
Secara rinci, laju ekspor migas di sepanjang tahun 2019 mencapai USD12,53 miliar, sedangkan laju impor mencapai sebesar USD21,88 miliar.
2. Kinerja Non Migas Surplus
Di sisi lain, kinerja nonmigas masih mengalami surplus sebesar USD6,15 miliar di sepanjang 2019. Terdiri dari laju impor nonmigas sebesar USD148,83 miliar, dan ekspor yang sebesar USD154,98 miliar.