JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tak memiliki pimpinan pasca-dipecatnya Ari Askhara sebagai Direktur Utama. Untuk sementara, Fuad Rizal ditetapkan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirut Garuda Indonesia.
Ada cerita menarik soal kekosongan kursi pucuk pimpinan perseroan. Okezone pun membuat kilas balik terkait skandal yang terjadi di Garuda Indonesia.
Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara dipecat karena telah menyeludupkan onderdil Harley Davidson di pesawat Garuda Indonesia nomor GA9721 tipe Airbus A330-900 seri Neo. Barang tersebut ditemukan oleh petugas Bea Cukai Soekarno Hatta.
Baca Juga: Garuda Umumkan Pengganti Ari Askhara Rabu 22 Januari
Ditjen Bea Cukai menemukan 18 boks coklat di beberapa koper bagasi penumpang. Dalam boks tersebut terdapat 15 koli claimtag atas nama SAW yang berisikan part motor Harley Davidson bekas. Tak hanya itu, di sana juga terdapat 3 koil claimtag atas nama LS berisikan 2 unit sepeda Brompton baru beserta aksesoris sepeda.
Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, motor Harley Davidson jenis Shovelhead tersebut dipesan oleh Ari Askhara. Ari memberikan instruksi untuk mencari motor klasik ini sejak 2018. Motor ini kemudian dibeli pada April 2019.
Baca Juga: Erick Thohir: Dirut dan Komut Garuda Bakal Dijabat Seseorang yang Menarik
Kemudian motor Harley Davidson itu dikirim ke Indonesia bersamaan dengan datangnya pesawat baru Garuda Indonesia pada 17 November 2019. Pengiriman barang dilakukan setelah dilakukan transfer menuju rekening pribadi finance manager Garuda Indonesia.
Ari Askhara segera dipecat oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada Kamis 5 Desember 2019, karena terbukti bersalah. Tak hanya dipecat, Ari juga bisa dipidanakan karena kasus penyelundupan yang mengakibatkan kerugian negara hingga miliaran Rupiah.
Banyak pihak yang menyambut positif dengan dipecatnya Ari Askhara, mulai dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) hingga Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI). Menurut Ketua Umum IKAGI Zaenal Muttagin, kinerja Ari Askhara di Garuda Indonesia menimbulkan kontroversi sehingga merugikan banyak pihak.