JAKARTA - Kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2019 mengalami defisit USD3,2 miliar. Penyebab defisit neraca dagang disebabkan salah satunya karena sektor migas.
Saat ini, pemerintah tengah menggenjot sektor industri. Dikabarkan sektor industri mampu menurunkan defisit neraca perdagangan.
Simak fakta mengenai neraca perdagangan yang dilansir oleh Okezone, pada Senin (20/1/2020):
1. Defisit 2019 Lebih Baik
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD3,2 miliar sepanjang 2019. Realisasi ini membaik dibandingkan sepanjang 2018 yang mengalami defisit sebesar USD8,6 miliar.
"Defisit ini jauh lebih kecil bila dibandingkan tahun 2018, hampir sepertiganya. Jadi masih defisit, tapi jauh lebih kecil," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
2. Ekspor-Impor Naik Tipis pada 2019
Defisit tersebut terdiri dari laju impor sepanjang 2019 yang sebesar USD170,72 miliar, sedangkan laju ekspor lebih lambat yakni sebesar USD167,52 miliar.
Kondisi ekspor maupun impor Indonesia yang hanya naik tipis dibanding tahun lalu, dikarenakan permintaan ekspor masih terbatas akibat perlambatan ekonomi dunia dan perang dagang yang masih berlanjut.
3. Penyebab Defisit
Penyebab defisit masih berasal dari migas. Sektor ini menyumbang kinerja defisit sebesar USD9,34 miliar sepanjang 2019, mengecil dari defisit migas di tahun 2018 yang sebesar USD12,69 miliar.
Defisit migas ini terdiri dari minyak mentah yang mengalami defisit sebesar USD4 miliar di tahun lalu, begitu pula dengan hasil minyak yang defisit USD11,73 miliar. Sedangkan untuk gas tercatat mengalami surplus sebesar USD6,39 miliar.
Secara rinci, laju ekspor migas di sepanjang tahun 2019 mencapai USD12,53 miliar, sedangkan laju impor mencapai sebesar USD21,88 miliar.