Ekonomi Dunia 'Terinfeksi' Virus Korona, China dalam Tekanan

Maylisda Frisca Elenor Solagracia, Jurnalis
Selasa 28 Januari 2020 12:46 WIB
Virus Corona Serang Dunia (Foto: NBC News)
Share :

JAKARTA - Para investor mungkin bertanya-tanya apakah virus korona dapat mengacaukan pasar saham. Menurut Presiden Kahler Financial Group Rick Kahler, hal ini tergantung seberapa lama dan parah virus ini menjangkiti masyarakat.

"Itu hanya tergantung pada tingkat keparahan dan gangguan yang ditimbulkannya," kata Rick Kahler seperti dilansir NBC News, Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Baca Juga: Menko Airlangga Sebut Virus Korona Ganggu Sektor Pariwisata

Pada Jumat lalu (24/1/2020), pemerintah China telah memperluas larangan perjalanan, baik udara maupun darat. Sekitar 35 juta orang tidak dapat pergi melalui pesawat atau kereta api.

Akibatnya, sektor-sektor seperti pariwisata, energi, dan ritel dapat mengalami penurunan. Sementara sektor kesehatan, termasuk pasokan medis dan produsen vaksin, dapat mengambil manfaat dari wabah ini.

"Ini telah mendorong hasil turun dan Anda memiliki beberapa tekanan ke bawah, terutama pada ekuitas pasar berkembang," kata presiden Institut Investasi Wells Fargo Darrell Cronk.

 Baca Juga: Virus Korona Serang Ekonomi Jepang, Terutama Sektor Pariwisata

"Ini mungkin akan memberikan tekanan ke bawah pada ekonomi China dalam waktu dekat," tambahnya.

Baik luas dan dalamnya dampak pasar tergantung pada seberapa parah dan seberapa cepat penyakit itu terjadi.

“Durasi sangat penting. Jika ini beberapa minggu, ini bukan masalah besar, tetapi jika wabah ini ada hingga berbulan-bulan, ini pasti akan berdampak pada PDB," kata Managing Partner Harris Financial Group Jamie Cox.

“Seiring berjalannya waktu, pengobatan ini harus memberi kita pemahaman tentang berapa lama virus korona akan berlangsung," lanjutnya.

Pengamat pasar mengatakan, ada kesamaan dan keterbatasan ketika membandingkan virus korona Wuhan saat ini dengan Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS). Krisis SARS pada akhir tahun 2002 dan 2003 tersebut membuat 800 orang di 17 negara meninggal. Hal ini memberikan investor beberapa preseden, meskipun dengan batasan.

"Pada tahun 2003 China baru saja keluar dari resesi yang cukup keras," kata Cronk. "Sulit untuk mengurai keduanya," ucapnya.

Dia menambahkan, ruang lingkup wabah virus korona belum pada tingkat epidemi yang menandai SARS serta wabah penyakit masa lalu seperti flu babi, flu burung, dan Ebola.

“Belum naik ke titik itu. Sejauh itu dapat diatasi, pasar akan baik-baik saja dengan itu," kata Cronk.

Namun, penyebaran dari regional ke global akan menjadi cerita lain. "Di mana pasar mungkin mulai bereaksi lebih banyak adalah jika kamu mulai melihat penyebaran virus korona meluas, khususnya ke Amerika Serikat (AS)," kata Cronk. "Kalau begitu, saya pikir pasar mungkin akan sedikit khawatir tentang itu."

Pertumbuhan ekonomi saat ini menandakan bahwa setiap volatilitas dapat menyebar secara global. "Asia adalah bagian besar dari ekonomi dunia, saya pikir itu akan mempengaruhi semua orang," ujar Cox.

Analisis tahun 2004 menetapkan bahwa krisis SARS merugikan perekonomian dunia total sekitar USD40 miliar setara Rp546 triliun (kurs Rp13.650 per USD). Dampak ekonomi global memfasilitasi penyebaran dampak ekonomi melalui travel, perdagangan, dan jaringan keuangan, efeknya terasa baik langsung maupun tidak langsung.

Para peneliti mengatakan, setiap perulangan bencana terjadi seperti wabah virus korona akan mendorong angka itu lebih tinggi karena faktor ketakutan.

"Biaya yang lebih tinggi dari guncangan terus-menerus berhubungan dengan hilangnya investasi dan dampak pada kepercayaan dan karena itu pengeluaran," kata mereka.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya