12 Fakta Menarik AS 'Nobatkan' RI Jadi Negara Maju

Vania Halim, Jurnalis
Sabtu 29 Februari 2020 06:14 WIB
Ilustrasi: Foto Shutterstock
Share :

3. Ada Dampak Positif dan Negatif

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan dicoretnya Indonesia dari negara berkembang memang memiliki dampak positif dan negatif. Oleh karena itu, perlu kajian terlebih dahulu untuk menentukan langkah selanjutnya yang kan diambil oleh pemerintah.

"Kalau menurut saya, ini pasti ada plus minusnya. Nah plus minus ini jangan dulu kita bangga dengan dia mengeluarkan Indonesia dari negara negara berkembang menjadi negara maju," ucapnya.

Menurut Bahlil dirinya juga belum mengetahui pasti mengapa Indonesia dianggap oleh Amerika Serikat sebagai negara maju. Sebab bisa saja ada maksud-maksud tertentu dari Amerik Serikat mencoret beberapa negara dari daftar negara berkembang.

4. Biaya Ekspor Diselesaikan Bilateral

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, penghapusan Indonesia dari daftar negara berkembang oleh Amerika Serikat (AS) bukan sebuah pemasalahan. Padahal, salah satu yang terdampak adalah Indonesia tak lagi bisa mendapatkan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP).

Meski hal tersebut akan sangat berdampak pada ongkos ekspor Indonesia ke AS kian tinggi, Airlangga memastikan persoalan perdagangan akan diselesaikan secara bilateral. Menurutnya, kedua negara sedang menyusun perjanjian perdagangan.

"Kalau biaya ekspor impor kan ada perjanjian yang sedang di proses. Itu bisa diselesaikan secara bilateral," ungkapnya ditemui di BPPT, Jakarta, Senin (24/2/2020).

5. Menyelesaikan Perjanjian Bilateral

Pada periode Januari-November 2019, nilai ekspor dengan fasilitas GSP naik 20% dari USD2 miliar menjadi USD2,5 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Meski besaran fasilitas itu berpotensi menghilang, Airlangga mengaku optimistis dapat menyelesaikan perjanjian yang saling menguntungkan antar kedua negara. Menurutnya, tak masalah penghapusan status negara berkembang oleh AS tersebut, sebab Indonesia juga bisa mendorong dengan meningkatkan daya saing produk.

"Ya kita kan optimis. Sekarang kan kita punya GSP yang hanya 20%. (Nanti) kita bisa berdaya saing, (jadi) tidak masalah," kata Airlangga.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya