Seminggu terakhir Faris dan keluarga tidak pernah terlewat mengonsumsi ramuan jamu yang terdiri dari jahe, temulawak, kunyit, dan madu. Mesti mengaku tidak sepanik ibundanya, Faris mengaku tingkatkan kewaspadaan, mengingat pekerjaan yang menuntutnya bermobilitas tinggi.
Selain konsumsi jamu dan suplemen, Faris mengaku meminimalisir kontak sentuhan dengan benda-benda yang ada di tempat umum. “Bahkan sekarang kalau di bandara sudah enggak pakai troli. Hand rail di eskalator enggak dipegang, kalau habis tekan tombol lift pun langsung cuci tangan,” ujar Faris.
Kebiasaan mengonsumsi jamu ini juga dilakukan oleh Calista, 23, bahkan sejak sebelum kabar virus corona masuk ke Indonesia. “Biasanya tuh cuma minum jamu kunyit asam sebulan sekali, karena kan aku (untuk kebutuhan) cewe,” ujar Calista.
Calista mengaku mulai mengonsumsi jamu beras kencur yang ia beli melalui layanan pesan antar di sebuah gerai jamu. Meski mengaku santai, namun pemberitaan mengenai corona tetap membuatnya lebih tingkatkan kewaspadaan, khususnya dengan menjaga daya tahan tubuhnya.
“Seminggu minimal 2-3 kali minum jamu. Aku beli pake gojek langsung 1 liter beras kencur,” kata wirausahawan muda ini.
(Fakhri Rezy)