JAKARTA - Saat ini, permintaan di beberapa bisnis di Australia melonjak tajam. Hal ini imbas adanya penerapan aturan 'stay-at-home' atau "di rumah saja".
Akan tetapi, produk-produk yang berbahan baku dari China menimbulkan kesulitan penjualan. Hal ini karena mengalami kesulitan dalam persediaan barang.
Baca juga: 7 Jejak Bisnis Nabi Muhammad SAW yang Patut Diteladani
Kendala ini dialami Wayne Evans, pemilik sebuah toko sepeda di Perth Utara yang berjarak tujuh menit menyetir dari pusat kota, yang teleponnya selalu ramai pelanggan. Wayne Evans, yang memiliki bsinis Cyclemania di Perth Utara mengatakan banyak yang ingin membeli sepeda baru tapi pasok terbatas.
"Di situasi seperti sekarang ini, di mana orang-orang tidak bisa pergi ke gym, kolam renang, tempat bermain dekat rumah, orangtua dan anak-anak memilih untuk bersepeda," ujarnya mengutip ABC.net, Jakarta, Jumat (24/4/2020).
Namun, di saat permintaan sepeda baru dan suku cadang meroket, Wayne justru merasa kewalahan karena harus menunggu stok barang dari China. Di ama telah habis di 'warehouse' atau gudang penyedia.
"Kami harus menunggu mungkin sampai bulan Juni untuk melihat model sepeda terbaru. Sementara itu, ada kesenjangan tersedianya barang di pasar," ujarnya.
Baca juga: Ingin Memulai Usaha di Tengah Covid-19? Ini 4 Cara Skilling Up
Hal yang sama dialami Graham Hoskins, pemilik toko alat musik lainnya di Perth, yang jumlah penjualan produknya meningkat di tengah pandemi COVID-19.
"Ini bukan 'panic buying' [atau memborong barang karena panik]. Namun, memang sudah ada peningkatan drastis pada pembelian alat musik seperti keyboard, gitar, bahkan drum," kata dia.
"Orang-orang sedang mencari sesuatu [yang bisa dilakukan] untuk melalui masa sulit ini," ujarnya.
Namun, lagi-lagi, persediaan barang menjadi kendala. Suatu kali, Graham tidak dapat memperbaiki leher gitar pelanggannya yang rusak karena pabrik di China tutup dan tidak menerima panggilannya.
Keterbatasan stok barang ini menurutnya sudah kelihatan sejak bulan Februari, dan kini semakin parah.
"Pabrik hanya memproduksi persediaan barang untuk enam sampai sembilan bulan, namun tiba-tiba ada lonjakan permintaan. Akibatnya, mereka dan saya sebagai penjual tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan," tutupnya.
(Fakhri Rezy)