“Biaya sewa pesawat itu tinggi jika tidak ada pengurangan jumlah dan nilai kontrak pesawat di masa pandemi Covid-19,” ungkap dia.
Deddy melanjutkan, turunnya ekonomi makro dan ekonomi mikro akan semakin memperburuk kondisi Garuda Indonesia meski Covid-19 sudah berlalu. Alasannya adalah beban utang yang jatuh tempo pada 2020, di antaranya adalah SUKUK sebesar USD500 juta yang jatuh tempo pada Juni 2020.
Baca juga: Pil Pahit Pemotongan Gaji Awak Garuda Indonesia
Ia memperkirakan Garuda Indonesia membutuhkan setidaknya USD600 juta untuk menopang kelangsungan hidupnya sampai akhir tahun 2020. Angka perhitungan tersebut di luar kebutuhan pembayaran Sukuk pada tahun ini sebesar USD500 juta.