JAKARTA - Tahun ini tampaknya tidak akan menjadi periode yang mudah bagi para maskapai penerbangan. Virus corona atau covid-19 membuat pergarakan manusia terbatas dan menganggu industri penerbangan.
Baca Juga: British Airways Hadapi Krisis Terburuk dalam 100 Tahun di Industri Penerbangan
Maskapai pun mau tidak mau akan melakukan penghematan. Ada banyak cara yang dilakukan untuk efisiensi. Termasuk dengan menyesuaikan makanan di dalam pesawat saat penerbangan.
"Itu salah satu upaya maskapai untuk menghemat biaya," kata Anggota Ombudsman Alvin Lie kepada Okezone, Senin (11/5/2020).
Baca Juga: 4.500 Pilot & 16.000 Awak Kabin British Airways Berjuang Agar Tak Terjadi PHK
Dia melanjutkan, maskapai memang harus melakukan penyesuaikan demi kelangsungan bisnisnya.
"Kita harus fokus apa yang mau didahulukan, maka itu prioritasnya presiden mencanangkan dilarang mudik, maka terbit peraturan membatasi pengakutan penumpang keluar masuk dalam wilayah PSBB atau zona merah," jelas dia.
Hal ini, kata dia, otomatis akan membuat operator transportasi dari berbagai moda mengalami situasi yang sulit.
"Operator transportsi akan kehilangan pasar. Itu tidak dapat dihindari," kata dia.
Seperti diketahui, British Airways akan melakukan PHK secara besar-besaran bagi pilot dan awak kabin. ‘Turbulensi’ keuangan British Airways merupakan sinyal bagi industri penerbangan lainnya, bahwa imbas dari wabah Corona bisa saja terjadi dengan maskapai lainnya.
Berikut ini ancaman PHK pada maskapai penerbangan asing :
1. British Airways : 12.000 karyawan
2. EasyJet : 4.000 karyawan
3. Virgin Atlantic : Meminta bantuan pemerintah Inggris 500 juta poundsterling.
4. Qantas : 20.000 karyawan
5. Air Canada : 15.200 karyawan.
6. Norwegian Air : Menghadapi masalah cashflow pada pertengahan Mei.
7. American Airlines : 4.800 pilot telah setuju untuk mengambil cuti jangka pendek dengan gaji yang dikurangi. 700 pilot memutuskan untuk pensiun dini.
(Dani Jumadil Akhir)