Pandemi Covid-19 membuat pemerintah memberlakukan larangan mudik. Akibatnya banyak pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Depok, Bogor, Bandung, Surabaya, dan lainnya tak bisa pulang ke kampungnya.
Ratih, seorang pekerja pabrik sepatu di Tangerang itu terpaksa tidak bertemu anak semata wayangnya, Fahmi, yang berusia 11 tahun di Lampung. Padahal Ratih terakhir kali bertemu Fahmi pada Idul Fitri tahun lalu.
"Sebenarnya larangan mudik mempersulit. Apalagi saya punya anak di kampung. Kalau telepon beda, ya pengennya ketemu," kata Ratih belum lama ini.
(Foto: BBC)
Sejatinya, Ratih terbilang masih beruntung karena ia masih bekerja di pabrik. Apalagi banyak perusahaan yang melakukan PHK akibat terkena dampak Covid-19.
Baca juga: 1,7 Juta Pekerja Di-PHK dan Dirumahkan dari 85.000 Perusahaan
Seperti dilansir dari BBC, Sabtu (23/5/2020), Ratih masih bisa mengirimkan uang untuk keperluan anaknya Fahmi. Anaknya ingin membeli baju Lebaran dan keperluan sekolah.
"Lebaran tahun ini beda banget, apalagi kalau malam takbiran terasa sedihnya itu. Saya nangis karena saya nggak pernah lebaran di sini, selalu pulang dari dulu," kata Ratih.
Baca juga: Pengusaha Diharap Pekerjakan Lagi Karyawan yang Di-PHK Usai Pandemi Covid-19
"Tahun ini tak ada semangatnya, biasanya kan kalau Lebaran, jelang libur sudah semangat. Tapi tahun ini saya di sini sendirian. Lebaran ya mungkin hanya video call, maaf-maafan lewat HP, begitu saja," ujar Ratih sedih.
Sementara itu, Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Bayu Yulianto mengatakan, silaturahmi di saat Lebaran tidak bisa tergantikan oleh silaturahmi online mengingat potensi adanya keterbatasan kuota atau teknologi di kampung halaman.
"Setiap tahun para pekerja migran di kota besar diberi kesempatan bagi kantor untuk libur, bahkan sering kali difasilitasi ketika Lebaran. Makna ini tidak bisa digantikan dengan perjumpaan virtual, itu hanya bisa terjadi setahun sekali, bayangkan," terang Bayu.
Meski demikian, Bayu setuju dengan langkah pemerintah dalam melarang mudik untuk menekan penyebaran virus corona ke daerah-daerah.
(Dyah Ratna Meta Novia)