Kereta ini memiliki kursi yang saling berhadap-hadapan untuk menunjang kapasitas angkut penumpang untuk rute dalam kota. Kereta akan melayani rute Stasiun Tutuban ke Stasiun Alabang.
General Manager PNR Junn Magno mengatakan dua rangkaian kereta ini akan mengangkut penumpang dari Malabon ke Stasiun FTI di Taguig. "Ada empat rangkaian kereta lain buatan PT Inka yang ditargetkan bisa segera tiba di Filipina," kata dia.
Selain dua rangkaian DMU, PT Inka juga sedang memproduksi 4 rangkaian DMU pesanan PNR dengan nilai kontrak 1 miliar peso atau Rp296 miliar. Ada juga pesanan tiga lokomotif dan 15 kereta penumpang dengan nilai kontrak 1,3 miliar peso atau Rp362 miliar.
Keseluruhan nilai kontrak yang diraih PT Inka untuk pengadaan kereta PNR ini adalah Rp792 miliar. Sebelum Filipina, Bangladesh sudah lebih dahulu merasakan kereta buatan Indonesia.
Bahkan, kereta buatan PT Inka menjadi primadona bagi warga Bangladesh. Selain kuat, kereta berbadan lebar itu disenangi warga Bangladesh karena lebih nyaman di banding kereta lainnya.
Bangladesh memesan 250 kereta buatan Indonesia yang diproduksi PT Inka. Sampai Oktober 2019, 116 kereta sudah dikirim ke negara itu. Kontrak pengadaan 250 kereta penumpang untuk Bangladesh Railway merupakan hasil tender pada 2017.
Nilai kontraknya sebesar USD100,89 juta atau sekitar Rp1,4 triliun. Ada dua tipe, kereta buatan Indonesia pesanan Bangladesh yaitu tipe BG dan MG.
Perbedaan kereta tipe BG dan tipe MG terletak pada lebar track (rel) yang digunakan. Untuk kereta tipe BG digunakan pada track dengan lebar 1.676 milimeter. Sedangkan kereta tipe MG digunakan pada track dengan lebar 1.000 milimeter.
Direktur Utama Inka Budi Noviantoro menyatakan ekspor ke Bangladesh ini merupakan rangkaian dari usaha Inka untuk meningkatkan pasar ekspornya ke luar negeri.