Irfan menyebut utang usaha dan pajak senilai USD905 miliar digunakan untuk operasional maskapai. Rinciannya, USD374 miliar untuk avtur, USD340 miliar untuk sewa pesawat, dan USD47 miliar untuk maintenance.
Baca juga: Tak Ada Ampun, Garuda Bakal Pecat Pilot yang Pakai Narkoba
Selain itu, USD76 miliar untuk kebandarudaraan, USD25 miliar untuk katering, USD14 miliar untuk administrasi dan umum, dan USD29 miliar untuk kebutuhan operasional lain-lainnya.
Dari total utang tersebut, lanjut dia, Garuda sudah melihat ada gap pendapatan dan biaya. Hal ini mengharuskan perseroan untuk melakukan penundaan pembayaran atas operasional, hingga restrukturisasi atau penjadwalan utang pinjaman lainnya.