JAKARTA - Nilai tukar Rupiah akan melanjutkan tren penguatan. Setelah menanjak selama lima hari berutut-turut pada pekan lalu.
Pada penutupan pekan lalu, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup terapresiasi 0,07 persen atau 10 poin ke level Rp14.700. Di sisi lain, indeks dolar AS melemah 0,59% atau 0,548 poin ke level 93.057 terhadap beberapa mata uang utama.
Baca juga: IHSG Melonjak Tinggi, Rupiah Malah Lesu ke Rp14.715/USD
Adapun, tepat pada Minggu 11 Oktober 2020, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan mengurangi kebijakan rem darurat secara bertahap dan memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi dengan ketentuan baru selama dua pekan kedepan mulai tanggal 12 - 25 Oktober 2020.
Keputusan itu berdasarkan pada beberapa indikator, yaitu laporan kasus harian, kasus kematian harian, tren kasus aktif, dan tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di wilayah DKI Jakarta.
Mengutip riset Treasury MNC Bank, Jakarta, Senin (12/10/2020), hal ini kembali dianggap sebagai katalis positif terhadap kondisi pasar keuangan di dalam negeri.
Baca juga: Perkasa Lawan Dolar AS, Rupiah Menguat ke Rp14.705/USD
Kinerja dolar AS yang melemah pada perdagangan akhir pekan ini disebabkan kondisi pasar yang berada dalam mood risk on setelah dorongan baru terhadap Gedung Putih untuk memajukan pembicaraan stimulus fiskal.
Sentimen eksternal dan internal sama-sama menjadi penggerak rupiah pada pekan ini.
“Dari internal sendiri, UU cipta kerja sebelumnya diantisipasi positif oleh pelaku pasar tapi kericuhan demo penolakan memberikan sentimen negatif ke rupiah sehingga penguatan rupiah menjadi tertahan," tulis riset tersebut.
Dari sisi eksternal, lanjut riset tersebut, sentimen positif dari pembicaraan stimulus Amerika Serikat yang mana hal tersebut bisa membantu pemulihan ekonomi AS tertunda.