JAKARTA - Hampir semua negara di dunia akan mengalami kontraksi. Rentang proyeksi dari pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran -5% sampai -4% di tahun 2020, terburuk dalam 80 tahun terakhir.
Diperkirakan ekonomi global hanya akan rebound secara parsial ke kisaran 3% sampai 4% di 2021. "Namun, proyeksi pertumbuhan 2021 diwarnai ketidakpastian yang tinggi karena tahun depan nampaknya masih akan disertai flukutuasi bisnis yang tajam, dan pemulihan yang tidak merata antar negara, ujar Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Baca Juga: Indonesia Resmi Resesi, Luhut Bocorkan Ekonomi Kuartal III Minus 2,9%
Prospek lambatnya pemulihan ekonomi global, menurut dia terjadi karena krisis kali ini memiliki perbedaan dengan dua krisis sebelumnya paling tidak dalam tiga aspek. Pertama, ada tidaknya faktor penyeimbang pertumbuhan global.
Di tahun 1998 ketika terjadi krisis Asia dan tahun 2008 krisis di wilayah trans Atlantik, namun masih ada wilayah dunia yang saat itu tidak terkena krisis sehingga masih bisa berperan sebagai penyeimbang pertumbuhan global.
"Tapi di tahun 2020 dunia tidak memiliki elemen penyeimbang karena seluruh dunia tanpa terkecuali, terkena krisis," sebut dia.
Adrian memaparkan, di tahun 1998 dan 2008 krisis yang terjadi lebih bersifat finansial dan ekonomi, dan bias kearah kejutan permintaan.