JAKARTA - Kerja Khusus PelSatuan aksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan penerimaan negara dari sektor hulu migas di akhir 2020 akan mencapai USD7,21 miliar atau setara Rp105 triliun (kurs Rp14.600 per USD). Capaian ini melebihi target sebenarnya dalam APBNP 2020 sebesar USD5,86 miliar.
Angka ini memperhitungkan munculnya Covid-19 gelombang kedua diperkirakan akan menyebabkan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) rata-rata per tahun sebesar USD40 per barel.
Untuk pengendalian cost recovery, sampai dengan September 2020, realisasinya mencapai USD5,97 miliar dari target sebesar USD8,12 miliar atau sekitar 73,5%.
Baca Juga: Minyak Capai Target, Lifting Gas Kuartal III Baru 95%
Sementara itu, realisasi investasi di kuartal III sendiri ditopang Pertamina E&P, CPI, Pertamina Hulu Mahakam, BP Berau dan Eni East Sepinggan. Pencapaian tersebut memberikan dampak besar bagi perekonomian negara.
"Saat kondisi sulit seperti ini, tentunya negara membutuhkan adanya perputaran ekonomi. Kami yakin investasi hulu migas akan menciptakan multiplier effect bagi ekonomi Indonesia sehingga dapat memulihkan perekonomian," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangan tertulis, Senin (26/10/2020).
Kendati begitu, Dwi mengakui pandmi Covid-19 memiliki imbas pada pengelolaan sektor hulu migas. "Akibat munculnya gelombang kedua pandemi Covid-19, kondisi permintaan minyak dunia masih belum stabil. Itu akan berdampak kepada gerakan harga minyak dunia," ungkapnya.